LAPORAN
PRAKTIKUM
KIMIA
ORGANIK I
NAMA : PRISCHA YUNIARLIN HANING
NO.REGIS : 151 12 052
SEMESTER : III
KELAS : B
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2014
Percobaan No.1
BEBERAPA
SIFAT SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK
A. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan melakukan percobaan ini ialah untuk memperajari beberapa perbedaan sifat umum senyawa organik
dan anorganik.
B. PRINSIP PERCOBAAN
Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah apakah
senyawa tersebut mengandung atau terdapat ikatan karbon-hidrogen atau tidak.
C. DASAR TEORI
Dalam ilmu kimia dibagi dalam dua kelompok bidang besar yang
disebut kimia anorganik dan kimia organik. Suatu pengertian yang salah mengenai
kimia organik pada masa lampau yaitu ketika senyawa-senyawa kimia dibagi
menjadi dua kelompok yakni kimia anorganik dan kimia organik, tergantung dari
mana senyawa tersebut diperoleh. Anggapan tersebut mengatakan bahwa senyawa
anorganik diperoleh dari mineral, sedangkan senyawa organik diperoleh dari
tumbuh-tumbuhan atau binatang-binatang sebagai sumbernya. Anggapan ini masih
dipercaya oleh banyak pakar kimia hingga tahun 1800. Mereka mengganggap bahwa
senyawa-senyawa organik harus dari organisme hidup. Sebagai konsekuennya
senyawa organik tidak dapat dibuat dari materi anorganik (vital force atau vis vitalis). Pada tahun 1828, pakar kimia dari Jerman
bernama Friederich Wohler berhasil mengonversi senyawa anorganik amonium
sianat menjadi urea:
Dengan
demikian keyakinan adanya
pengaruh ‘vital force’ dalam pembentukan senyawa organnik semakin goyah. Dalam
perkembangan selanjutnya diperoleh suatu kesimpulan bahwa diantara senyawa
organik dan anorganik tidak ada perbedaan
mengenai hukum- hukum kimia yang berlaku.(Hardjona.2010)
Kimia organik adalah percabangan studi ilmiah dari ilmu kimia mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa organik.
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon. Dan dapat mengandung unsur-unsur lain seperti hidrogen,
nitrogen, oksigen, fosfor, halogen dan belerang.
Ada sejumlah senyawa organik yang masih diisolasi dari sumber kehidupan, namun
kebanyakan sudah dapat disintesis di laboratorium. Namun demikian, kebanyakan
protein, asam-asam nukleat, karbohidrat kompleks, dan sel-sel hidup utama masih
sukar disintesis di laboratorium karena senyawa-senyawa tersebut sangat
kompleks. Pada senyawa organik yang di sebut juga sebagai senyawa karbon,
banyak atom karbon yang dapat mengadakan ikatan satu terhadap yang lain dan hal
ini belum tentu terjadi pada unsur-unsur lain.
Atom-atom karbon dapat membentuk rantai yangpanjang yang terdiri
dari beribu-ribu atom karbon atau cintin dengan berbagai ukuran. Rantai karbon
dan cincin dapat memiliki cabang dan ikatan dengan unsur-unsur lain seperti
flor, klor, brom, iod, oksigen, nitrogen, belerang, fosfor, dan logam-logam.
Sebagai contoh ialah senyawa alkana 2-bromo-pentena. Dimana pada rantai karbon
nomor 2 berikatan dengan unsur brom.
Br
H3C—CH—CH2—CH2—CH3
Setiap perbedaan
atom penyusun akan membentuk senyawa yang berbeda. Bentuk struktur yang berbeda
akan memberi sifat-sifat kimia maupun fisika yang berbeda pula.
Kimia anorganik
adalah cabang kimia yang mempelajari sifat dan reaksi senyawa anorganik. Ini mencakup semua senyawa kimia kecuali yang berupa rantai atau cincin atom-atom karbon,
yang disebut senyawa organik dan dipelajari dalam kimia organik.
Banyak senyawa anorganik
adalah senyawa ionik, yang terdiri dari kation dan anion yang bergabung dengan ikatan ionik. Reaksi anorganik sederhana adalah
perpindahan ganda ketika dalam pencampuran dua garam ion tertukar tanpa
perubahan bilangan oksidasi. Dalam reaksi redoks satu reaktan, oksidan,
menurunkan oksidasi dan reaktan lain, reduktor, memiliki keadaan oksidasi yang
meningkat.
Kelas penting dari garam-garam anorganik
adalah oksida, karbonat, sulfat dan para halida. Banyak senyawa anorganik yang
ditandai dengan titik leleh tinggi. Garam-garam anorganik biasanya adalah
konduktor yang buruk dalam keadaan padat. Fitur penting lainnya adalah
kelarutannya dalam air dan kemudahan kristalisasi. Reaksi anorganik sederhana
adalah perpindahan ganda ketika dalam pencampuran dua garam ion tertukar tanpa
perubahan bilangan oksidasi
dengan hasil
bersih adalah sebuah pertukaran dari elektron. Pertukaran elektron dapat
terjadi secara tidak langsung juga, misalnya dalam baterai, sebuah konsep kunci
dalam elektrokimia. Ketika satu reaktan mengandung atom hidrogen, reaksi dapat
terjadi melalui pertukaran proton dalam asam-basa kimia.
Perbedaan antara senyawa
organik dan anorganik ialah:
Senyawa Organik
|
Senyawa Anorganik
|
Kebanyakan berasal dari makhluk hidup
dan beberapa dari hasil sintesis.
|
Berasal dari sumber daya alam mineral (
bukan makhluk hidup).
|
Senyawa organik lebih mudah terbakar.
|
Tidak mudah terbakar.
|
Strukturnya lebih rumit.
|
Struktur sederhana.
|
Semua senyawa organik mengandung
unsur karbon.
|
Tidak semua senyawa anorganik yang
memiliki unsur karbon.
|
Hanya dapat larut dalam pelarut
organik.
|
Dapat larut dalam pelarut air atau
organik.
|
Nama
anorganik dan organik masih digunakan
sampai saat ini, meskipun batas keduanya sering sukar di definisikan. Sebagai
contoh, sianida logam dan karbonat logam. Umumnya senyawa organik lebih mudah
terbakar dibandingkan senyawa anorganik. Pada pembakaran senyawa organik
apabila pembakaran dilanjutkan, akan berubah menjadi karamel lalu menguap
menjadi CO2 ataupun gas NH3. Tetapi senyawa
anorganik tidak dapat terbakar sampai habis.
D. ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
Ø Porselin
Ø Kaca Arloji
Ø Kaki Tiga
Ø Pembakar Spiritus
Ø Gelas Kimia
Ø Pipet Tetes
2.
Bahan
Ø Gula
Ø Daun
Ø Plastik
Ø Aluminium
Ø Alkohol
Ø Air
Ø Lilin
Ø Garam (NaCl)
Ø FeSO4 0,1M
Ø H2SO4
3M
Ø KMnO4
E. PROSEDUR KERJA
a.
Komposisi
1.
Memanaskan sedikit gula pada suhu tinggi dalam sebuah
porselin,
2.
Mengulangi percobaan tersebut dengan menggunakan daun,
potongan plastik, potongan alumunium.
b.
Penguapan
1.
Menguapkan satu tetes masing-masing alkohol dan air dalam
kaca arloji,
2.
Mencatat dan membandingkan waktu yang di peroleh untuk
penguapan sempurnah.
c.
Sifat Bakar
1.
Membakar sepotong lilin kecil yang ditempati pada sebuah
porselin,
2.
Mengulangi langkah satu dengan menggunakan garam NaCl sebagai
ganti lilin,
3.
Membandingkan langkah yang diperoleh.
d.
Kecepatan Reaksi
1.
Menempatkan 5 tetes FeSO4 0.1 M dalam sebuah
tabung reaksi bersih,
2.
Menambah 2 tetes H2SO4 3 M dan 0.1 M KMnO4,
3.
Memperhatikan hasilnya,
4.
Mengulangi percobaan dengan menggunakan alkohol yang tidak
murni sebagai ganti FeSO4,
5.
Jika tidak ada reaksi, memanaskan campuran tersebut dalam
penangan air,
6.
Membandingkan kecepatan dari kedua reaksi.
F. HASIL PENGAMATAN
Tabel Hasil
Pengamatan
a.
Komposisi
NO.
|
NAMA ZAT
|
HASIL PENGAMATAN
|
1.
|
Gula
|
Gula
mencair, terdapat gelembung, dan larutan berwarna coklat.
|
2.
|
Daun
|
Daun menjadi kering dan berwarna
kehitaman.
|
3.
|
Potongan
Plastik
|
Plastik
menyusut dan meleleh.
|
4.
|
Potongan Alumunium Foil
|
Tidak terjadi perubahan.
|
b.
Penguapan
NO.
|
NAMA ZAT
|
HASIL PENGAMATAN
|
1.
|
Alkohol 3
tetes
|
Menguap
pada detik ke 27 dan mengeluarkan aroma khas alkohol
|
2.
|
Air 3 tetes
|
Menguap pada detik ke 44
|
c.
Sifat Bakar
NO
|
NAMA ZAT
|
HASIL PENGAMATAN
|
1.
|
Potongan
Lilin
|
Meleleh
|
2.
|
Garam NaCl
|
Tidak terjadi perubahan
|
d.
Kecepatan Reaksi
NO
|
NAMA ZAT
|
HASIL PENGAMATAN
|
1.
|
FeSO4 + H2SO4 + KMnO4
Warna: kuning + bening + ungu pekat
|
Warna yang dihasilkan ialah putih keruh
|
2.
|
Alkohol + H2SO4 + KMnO4
Warna: bening + bening
+ ungu pekat
|
Warna yang dihasilakan ialah ungu
muda
|
G. ANALISIS DATA
a.
Komposisi
Dari hasil
pengamatan dapat diketahui bahwa, gula dan daun merupakan senyawa organik,
sedangkan potongan plastik dan alumunium merupakan senyawa anorganik.
b.
Penguapan
Dari hasil
pengamatan dapat diketahui bahwa, gula merupakan senyawa organik dan air
merupakan senyawa anorganik.
c.
Sifat Bakar
Dari hasil
pengamatan dapat diketahui bahwa, lilin merupakan senyawa organik dan garam HCl
merupakan senyawa anorganik.
d.
Kecepatan reaksi
Dari hasil
pengamatan dapat diketahui bahwa, FeSO4 + H2SO4 + KMnO4 kecepatan bereaksinya lebih
cepat dibandingkan dengan reaksi antara Alkohol + H2SO4 + KMnO4.
H. PEMBAHASAN
Senyawa organik merupakan senyawa yang berasal dari makluk
hidup dan senyawa anorganik merupakan senyawa yang bukan berasal dari makluk
hidup, atau yang diperoleh dari minenal. Kebanyakan senyawa organik mengandung
usur karbon, dan senyawa anorganik adalah senyawa-senyawa yang tidak mengandung
unsur karbon.
Pada koposisi, untuk mengetahui zat-zat (gula, daun, potongan
plastik, dan alumunium) mana sajakah yang merupakan senyawa organik dan
anorganik di lakukan proses pemanasan pada suhu yang tinggi. Ketika gula
dipanaskan pada suhu yang tinggi di atas nyala pembakar spiritus,
perlahan-lahan gula mencair dari bentuknya yang padat (seperti pasir) dan
nampak adanya gelembung-gelembung yang meluap dari larutan gula.
Gelembung-gelembung tersebut disebabkan karena tekanan uap sama dengan tekanan luar
atau tekanan yang dikenakan, sehingga memaksa gelembung-gelembung udara
terdesak keluar. Dan larutan gula menjadi warna coklat. Demikian juga dengan
daun, ketika dipanaskan daun mengering dan berubah warna menjadi kehitaman, dan
jika terus dibiarkan dapat menyebabkan daun merapuh dan menjadi debu. Dan
dengan adanya perubahan warna yang terjadi pada gula dan daun yakni coklat dan
berwarna kehitaman, dapat dikatakan bahwa kedua zat tersebut mengandung unsur
karbon. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa gula dan daun merupakan senyawa
organik kerena gula mudah meleleh dan daun mengering ketika di panaskan dan
jika dilakukan proses pembakaran, maka gula dan daun dengan mudah dapat
terbakar hingga habis, serta gula dan daun memiliki unsur karbon yang merupakan
ciri khas senyawa organik.
Pada potongan plastik, ketika dipanaskan pada suhu yang
tinggi, potongan plastik menyusut dan meleleh, sedangkan alumunium dalam hal
ini alumunium foil tidak terjadi perubahan sama sekali. Hal ini dapat dikatakan
bahwa plastik dan alumunium merupakan senyawa anorganik, karena tidak mudah
terbakar.
Untuk mengetahui senyawa organik dan anorganik melalui
penguapan. Digunakan zat-zat cair seperti alkohol dan air, kemudian di panaskan
dan lihat proses penguapan sempurnanya.
Ketika alkohol dan air masing-masing di tetes sebanyak 3 tetes pada kaca
arloji dan di panaskan. Ternyata alkohol lebih cepat menguap dibandingkan air,
alkohol yang digunakan merupakan alkohol bebas air. Dengan waktu penguapan hingga
abis yaitu alkohol 27 detik sedangkan air dibutukan waktu selama 44 detik. Jadi
alkohol merupakan senyawa organik kerena mudah menguap dan air merupakan
senyawa anorganik karena sukar untuk menguap.
Untuk mengetahui mana senyawa organik dan anorganik melalui
sifat bakaran, digunakan lilin dan garam HCl. Kemudia lilin dan garam HCl
tersebut di bakar diatas nyala pembakar spiritus pada sebuah porselin. Dan
nampak bahwa lilin lebih mudah terbakar hingga lilin meleleh dan berubah
bentuk, sedangkan garam HCL sama skali tidak terjadi perubahan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa lilin merupakan senyawa organik dan garam HCl merupakan senyawa
anorganik kerena di lihat dari kecepatan pembakarannya.
Dan untuk mengetahui mana yang merupakan senyawa organik dan
anorganik melalui kecepatan reaksi, digunakan
reaksi antara besi sulfat ( FeSO4), hidrogen sulfat (H2SO4),
dan kalium permanganat (KMnO4), dan reaksi antara alkohol, hidrogen
sulfat (H2SO4), dan kalium permanganat (KMnO4).
Terlihat bahwa, reaksi antara besi sulfat ( FeSO4), hidrogen sulfat
(H2SO4), dan kalium permanganat (KMnO4), lebih
cepat dibandingkan reaksi antara alkohol, hidrogen sulfat (H2SO4),
dan kalium permanganat (KMnO4). Hal tersebut tampak dengan kecepatan
perubahan warna yang terjadi dimana ketika FeSO4 dengan warna
kuning, H2SO4 dengan warna bening, dan KMnO4 dengan warna ungu pekat dicampur dalam
sebuah tabung reaksi, dengan cepat warna tersebut bercampur dan menjadi warna
putih keruh. Sedangkan ketika alkohol dengan warna bening, H2SO4
dengan warna bening, dan KMnO4 dengan warna ungu pekat dicampur dalam
sebuah tabung reaksi, proses perubahan warna menjadi ungu muda sedikit lebih
lambat di bandingkan dengan campuran sebelumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
senyawa organik lebih mudah bereaksi atau memiliki kecepan reaksi yang besar,
sedangkan senyawa anorganik tidak atau memiliki kecepatan reaksi yang
kurang/lambat.
Sehingga dari pengamatan dan hasil analisis yang tetah
dilakukan, terlihat bahwa senyawa organik mengandung unsur karbon, lebih mudah
menguap, cepat terbakar, dan memiliki kecepatan reaksi yang baik. Sedangkan
senyawa anorganik tidak mengandung unsur karbon, sukar untuk menguap, tidak
muudah terbakar, dan kecepatan reaksinya yang lambat.
I. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat di tarik
kesimpulan bahwa senyawa organik dan senyawa anorganik memiliki perbedaan
sifat. Perbedaan sifat antara kedua senyawa tersebut yakni:
1.
Senyawa organik
Ø Senyawa organik
terdiri dari unsur-unsur karbon.
Ø Senyawa organik
lebih mudah menguap.
Ø Senyawa organik
mudah terbakar.
Ø Senyawa organik
memiliki kecepatan reaksi yang baik atau lebih cepat bereaksi dengan senyawa
lain.
2.
Senyawa anorganik
Ø Senyawa anorganik
tidak terdiri dari unsur-unsur karbon.
Ø Senyawa anorganik
sukar menguap.
Ø Senyawa anorganik
tidak mudah terbakar.
Ø Senyawa anorganik
memiliki kecepatan reaksi yang kurang atau lebih lambat bereaksi dengan senyawa
lain.
Percobaan No.2
ANALISA UNSUR-UNSUR SENYAWA ORGANIK
A.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan melakukan percobaan ialah untuk dapat menganalisi
beberapa unsur dalam senyawa organik, unsur tersebut ialah N dan S.
B.
PRINSIP PERCOBAAN
Analisa kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan untuk
mencari susunan persenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel.
C.
DASAR TEORI
Kimia sering disebut
sebagai ilmu pusat karena
menghubungkan berbagai ilmu lain, seperti fisika, ilmu bahan, nanoteknologi,
biologi, farmasi, kedokteran, bioinformatika, dan geologi. Koneksi ini timbul
melalui berbagai subdisiplin yang memanfaatkan konsep-konsep dari berbagai
disiplin ilmu.Ilmu kimia juga dibagi lagi dalam dua kelompok bidang besar yang
disebut kimia anorganik dan kimia organik. Kimia anorganik adalah cabang kimia yang mempelajari sifat dan reaksi senyawa anorganik,
sedangkan kimia
organik adalah studi ilmiah dari ilmu kimia mengenai struktur, sifat,
komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa organik. Senyawa organik dibangun
terutama oleh karbon dan hidrogen dan dapat mengandung unsur-unsur lain seperti
nitrogen, oksigen, fosfor, halogen, dan belerang. Definisi asli dari kimia
organik ini berasal dari kesalahpahaman bahwa semua senyawa organik pasti
berasal dari organisme hidup, namun telah dibuktikan bahwa ada perkecualian.
Bahkan sebenarnya, kehidupan manusia juga sangat bergantung pada kimia
anorganik.
Analisa kimia adalah
penyelidikan kimia yang bertujuan untuk mencari susunan persenyawaan atau
campuran persenyawaan di dalam suatu sampel. Umumnya suatu reaksi kimia
merupakan suatu perubahan dari suatu senyawa atau molekul menjadi senyawa atau
molekul lain. Semua materi normal terdiri dari atom atau komponen-komponen sub atom
yang membentuk atom, yaitu proton, elektron, dan neutron. Atom dapat
dikombinasikan untuk menghasilkan bentuk materi yang lebih kompleks seperti
ion, molekul, atau kristal. Struktur dunia yang kita jalani sehari-hari dan
sifat materi yang berinteraksi dengan kita ditentukan oleh sifat zat-zat kimia
dan interaksi antar zat-zat tersebut. Zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan
menempati ruang. Zat biasanya berupa padat, cair, dan gas. zat berdasarkan
kemurniannya dapat dibagi menjadi tiga yaitu unsur, senyawa, dan campuran.
1)
Unsur
Unsur
adalah suatu zat yang sudah tidak bisa dibagi bagi lagi menjadi bagian
yang lebih kecil.
Contoh
: Au, N, Pt, C.
2)
Senyawa
Senyawa
adalah zat tunggal yang terdiri atas beberapa unsur yang saling kait mengikat.
Contoh
: O2, H2O, C2H5OH, NaCl.
3)
Campuran
Campuran
adalah zat yang tersusun dari beberapa zat yang lain jenis dan tidak tetap
susunannya dari unsur dan senyawa.
Contoh : udara, air,
tanah.
Identifikasi struktur senyawa organik
merupakan masalah yang dihadapi dalam laboratorium kimia organik. Senyawa
organik dapat diperoleh dari hasil suatu reaksi atau hasil isolasi bahan-bahan
alam. Untuk keperluan identifikasi senyawa organik tersebut, diperlukan cara
yang sistematis dan logis.
Beberapa identifikasi unsur dalam senyawa organik adalah
sebagai berikut:
1)
Identifikasi Hidrogen
Karena jumlah senyawa
organik yang tidak mengandung hidrogen adalah sangat sedikit. Identifikasi
hidrogen dalam senyawa organik tidak begitu banyak bermanfaat. Hidrogen
diisolasi dengan jalan pembakaran dan air yang dihasilkan ditentukan dengan
pereaksi Karl-firber, pereaksi kalsium karbida, magnesium nitrida ataupun
spektroskopi IR.
2)
Identifikasi Oksigen
Identifikasi oksigen
dalam senyawa organik membutuhkan peralatan yang khusus. Senyawa yang dicampur
arang diuraikan dalam nitran gas nitrogen dan uap yang terjadi dialirkan pada
kontak kaca yang dipanaskan pada suhu 100 0C. Dalam hal ini oksigen
organik senyawa kualitatif diubah menjadi karbon monoksida yang dapat diidentifikasikan
dengan iod peroksida.
3)
Identifikasi Nitrogen
Identifikasi ini
dilakukan dengan percobaan Lassargne yaitu destruksi reduksi, yakni senyawa
dengan pemanasan logam natrium. Nitrogen yang terikat secara organik diubah
menjadi natrium sianida.
4)
Identifikasi Nitrogen dan Belerang
Jika suatu senyawa
organik mengandung nitrogen dan belerang bersama-sama dengan destruksi Lassargne
akan terbentuk tiosianat, tergantung dari campuran nitrogen atau belerang
apakah nantinya yang akan terbentuk natrium sianida atau natrium sulfida.
Identifikasi tiosianat dapat dilakukan dengan besi (III) klorida.
5)
Identifikasi Halogen
Senyawa halogen
organik dengan berat molekul rendah yang dapat terbakar ditunjukkan dengan
batang pengaduk gelas dibasahi dengan ammonia dan diletakkan dalam gas hasil
pembakaran, dan yang akan terjadi adalah kabut ammonium halogenida.
6)
Identifikasi Fosfor
Dalam sebagian besar
senyawa organik seperti farmasenik, fosfor merupakan turunan asam phospat dan
dapat diidentifikasi sebagai fosfor setelah terhidrolisis.
Suatu identifikasi juga didasarkan pada kelarutan suatu
senyawa itu dalam senyawa lain. Kelarutan merupakan kemampuan suatu pelarut
untuk melarutkan sejumlah zat pelarut
D.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
Ø Tabung reaksi
Ø Penjepit tabung
reaksi
Ø Lampu spiritus
Ø Pipet tetes
Ø Kertas lakmus
Ø Sendok
2.
Bahan
Ø Serbuk urea
Ø NaOH 0.1 M
Ø Putih telur
Ø Timbal Nitrat
(PbNO3) 0.1 M
E.
PROSEDUR KERJA
a.
Penentuan unsur N dalam senyawa organik
1.
Memasukkan 1 sendok serbuk urea ke dalam tabung reaksi,
2.
Menambahkan 2 ml larutan NaOH 0.1 M,
3.
Memanaskannya secara perlahan-lahan dan mencium bau gas yang
keluar,
4.
Memeriksa gas dengan kertas lakmus merah basa.
b.
Penentuan S dalam senyawa organik
1.
Memasukkan 2 ml putih telur dalam tabung reaksi,
2.
Menambah 5 ml NaOH 0.1 M,
3.
Memanaskan tabung reaksi hingga mendidih dan mendinginkannya,
4.
Menambah 5 teteslarutan timbal nitrat 0.1 M,
5.
Mengamati perubahan yang terjadi.
F.
HASIL PENGAMATAN
Tabel Hasil
Pengamatan
a.
Penentuan Unsur N Dalam Senyawa Organik
NO.
|
PERLAKUAN
|
HASIL PERLAKUAN
|
1.
|
Urea +
NaOH dipanaskan.
|
Ada gas
yang keluar dan berbau.
|
2.
|
Kertas lakmus merah diletakkan
pada mulut tabung reaksi yang dipanaskan.
|
Kertas lakmus merah berubah
menjadi warna biru.
|
b.
Penentuan Unsur S Dalam Senyawa Organik
NO.
|
PERLAKUAN
|
HASIL PERLAKUAN
|
1.
|
Putih
telur + NaOH dipanaskan
|
Terjadi
penguapan dan adanya gelembung
|
2.
|
Putih telur + NaOH didinginkan
|
Putih telur menggumpal di dasar
tabung dan berwarna kehitaman.
|
3.
|
Putih telur + NaOH yang menggumpal
+ PbNO3
|
Gumpalan
telur hancur dan larutan berwarna kekeruhan.
|
G.
ANALISIS DATA
a.
Penentuan unsur N dalam senyawa organik
Co(NH2)2 + 2NaOH 2NaNH2 + Co(OH)2
b.
Penentuan unsur S dalam senyawa organik
Putih Telur + NaOH Na2S
Na2S + PbNO3 PbS3 + NaNO2
H.
PEMBAHASAN
Analisa kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan untuk
mencari susunan persenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel,
analisa ini di lakukan karena umumnya suatu reaksi kimia merupakan suatu
perubahan dari suatu senyawa atau molekul menjadi senyawa atau molekul lain.
Pada percobaan ini, dianalisis dua unsur dalam suatu reaksi
senyawa. Kedua unsur tersebut ialah nitrogen (N) dan belerang (S). Dalam
menganalisis unsur nitrogen pada suatu reaksi senyawa, digunakan reaksi antara
urea yang memiliki rumus molekul Co(NH2)2 dengan natrium
hidroksida yang memiliki rumus molekul NaOH. Reaksi antara kedua senyawa ini menghasilkan
atau mengeluarkan gas yang berbau, dan ketika kertas lakmus merah diletakkan di
atas mulut tabung reaksi untuk di uji, ternyata kertas lakmus merah berubah
menjadi biru. Hal tersebut di sebabkan karena pada reaksi antara urea dengan
natrium hidroksida menghasilkan natrium sianida (NaNH2) sehingga
mengeluarkan gas yang berbau, dan gas tersebut menandakan adanya unsur N dalam
reaksi senyawa. Dan hasil lainnya ialah
kobalt hidroksida, kobalt hidroksida ini bersifat basa sehingga kertas
lakmus merah menjadi biru.
Dalam menganalisis unsur belerang pada suatu reaksi senyawa,
digunakan reaksi antara putih telur. Putih telur merupakan senyawa yang
tersusun dari asam amino sehingga membentuk protein. Protein inilah yang
disebut sebagai putih telur. Ketika putih telur di campur dengan NaOH dan
dipanakan, adanya gelembung-gelembung yang keluar dari larutan tersebut dan
terjadi penguapan. Dan setelah di
dinginkan, campuran tersebut menggumpal, hal ini terjadi karena dalam reaksi
putih telur dengan NaOH membentuk senyawa Na2S. Kemudian campuran
yang membeku (Na2S) tersebut direaksikan lagi dengan PbNO3, nampak
bahwa Na2S melarut dan larutan keruh. Hal ini disebabkan reaksi
antar PbNO3 dengan Na2S menghasilkan PbS3
bersama NaNO2. Dan dengan
warna gumpalan yang kehitaman serta larutan yang keruh menandakan bahwa adanya
unsur S dalam reaksi senyawa-senyawa tersebut.
I.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa pada senyawa
organik selain terdapat unsur karbon (C), juga terdapat unsur nitrogen (N) dan
belerang (S). Hal ini dibuktikan dengan reaksi antara urea dengan NaOH yang
mengeluarkan gas yang berbau (menandakan adanya unsur N) dan pada reaksi putih
telur dengan NaOH dan ditambah PbNO3 yang menghasilkan endapan atau
gumpalan hitam serta larutan yang keruh (menandakan adanya unsur S).
Percobaan No.4
PENENTUAN
TITIK LEBUR
(LELEH)
A.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari melakukan percobaan ialah untuk dapat menentukan
titik lebur dari senyawa kimia (Tembaga).
B.
PRINSIP PERCOBAAN
Titik lebur atau yang sering disebut juga dengan titik leleh
merupakan titik dimana terjadi keseimbangan antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan 1
atmosfir, atau merupakan suhu dimana gaya
termal dari molekul cukup untuk menguraikan susunan kisi dari kristal.
C.
DASAR TEORI
Titik lebur atau yang sering disebut juga dengan titik leleh
merupakan titik dimana terjadi keseimbangan antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan 1
atmosfir, atau merupakan suhu dimana gaya
termal dari molekul cukup untuk menguraikan susunan kisi dari kristal. Ketika
suatu zat murni dipanaskan secara pelan-pelan, zat itu mulai meleleh tanpa
penguraian.
Titik leleh suatu zat padat tidak mengalami perubahan yang
berarti dengan adanya perubahan tekanan, oleh karena itu tekanan biasanya tidak
terlalu
diperhatikan dalam penentuan titik leleh, kecuali kalau perbedaan dengan
tekanan normal terlalu besar. Pada umumnya titik leleh senyawa organik mudah
diamati sebab temperatur dimana pelelehan mulai terjadi hampir sama dengan
temperatur dimana zat telah meleleh semuanya.
Dalam kimia organik, sifat fisika titik leleh dari suatu
senyawa digunakan untuk 1menentukan kemurnian zat. Suatu senyawa organik murni mempunyai perbedaan
antara suhu dimana zat kristal mulai melebur dan suhu dimana zat itu mencair
seluruhnya. Perbedaan tersebut disebut juga dengan jangkauan titik leleh.
Apabila zat itu tidak murni atau terdapat zat pengotor, maka hal tersebut dapat
meningkatkan jangkauan titik leleh. Dan digunakan untuk 2menentukan
identitas zat murni.
Titik leleh dari zat tidak murni biasanya lebih rendah dari
pada zat murni. Dengan demikian akan menyebabkan jangkauan titik leleh menjadi
bertambah besar. Dan jika zat tidak murni terdapat dalam larutan, maka
jangkauan titik lelehnya menjadi rendah. Hal ini disebabkan karena melemahnya
gaya tarik antar molekul karena gangguan zat pengotor.
Dalam sistim
keperiodikan, atom-atom unsur
alkali terikat oleh ikatan logam yang lemah, karena setiap atom hanya mempunyai satu
elektron ikatan dan bertambah lemah jika jari-jari bertambah besar. Oleh sebab itu, titik leleh
berkurang dari atas ke bawah dalam satu golongan. Sedangkan pada unsur halogen
yang berada dalam keadaan padat berupa kristal terikat oleh Gaya Van Der Waals
yang lemah. Gaya ini bertambah jika jari-jari bertambah besar. Oleh karena itu
titik leleh bertambah dari atas ke bawah dalam satu golongan. Titik leleh dari gas mulia ditentukan oleh besarnya nomor atom, dimana jika semakin besarnya nomor atom, maka titik lelehnya
makin tinggi. Itu berarti ikatan Van Der Waals sangat lemah.
Dalam menentukan titik leleh suatu zat, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya zat tersebut meleleh, antara lain:
1)
Ukuran kristal
Ukuran kristal sangat berpengaruh dalam menentukan
titik leleh suatu zat. Apabila semakin besar ukuran partikel atau kristal yang digunakan, maka semakin sulit
terjadinya pelelehan.
2)
Banyaknya
sampel
Banyaknya sampel suatu zat juga dapat mempengaruhi cepatlambatnya proses pelelehan. Hal ini dikarenakan, apabila semakin sedikit sampel yang digunakan maka semakin cepat proses
pelelehannya, begitu pula sebaliknya jika semakin banyak sampel yang
digunakan maka semakin lama proses pelelehannya.
3)
Pengemasan
dalam pipa kapiler.
4)
Pemanasan dalam suatu pemanas harus menggunakan sumber panas yang bertahan.
5)
Adanya senyawa
lain yang dapat mempengaruhi range titik leleh.
Suatu kristal terikat oleh gaya yang
kuat akan menunjukkan titik leleh yang rendah. Jenis gaya antar molekul dalam
molekul-molekul kovalen adalah yang dihasilkan dari H dan senyawa Van Der
Waals. Zat-zat kovalen yang terikat mempunyai titik leleh yang lebih rendah
dari zat-zat elektrovalensi yang terikat.
Kristal-kristal yang terikat oleh gaya
yang kuat seperti ikatan ion menunjukkan titik leleh yang tinggi. Dan senyawa
polar juga mempunyai titik leleh yang lebih tinggi dari senyawa nonpolar. Hal
ini disebabkan karena dibutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk menguraikan
ikatan yang terikat oleh gaya tarik yang lebih kuat dalam senyawa ion dan
senyawa polar.
D.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
Ø Gelas kimia
Ø Pembakar spiritus
Ø Pengaduk
Ø Termometer
2.
Bahan
Ø Kristal Cu
(Tembaga)
Ø Air
E.
PROSEDUR KERJA
1.
Mengisi air dalam gelas kimia sebanyak 100 ml,
2.
Memasukkan kristal Cu dalam air, kemudian memanaskannya di
bawah pembakar spiritus,
3.
Mengaduk larutan sesering mungkin, kemudian mengukur suhu
ketika kristal Cu mendekati titik leleh,
4.
Memanaskan terus hingga kristal Cu meleleh semuanya, lalu
mengukur suhunya.
F.
HASIL PENGAMATAN
Data Hasil Pengamatan
NO.
|
PENGAMATAN
|
HASIL PENGAMATAN
|
1.
|
Suhu
ketika kristal Cu mulai meleleh (T1)
|
28
0C
|
2.
|
Suhu ketika kristal Cu meleleh
semua (T2)
|
86 0C
|
3.
|
Jangkauan
titik leleh
|
58
0C
|
4.
|
Titik leleh
|
57 0C
|
G.
ANALISIS DATA
Diketahui: T1= 280C
T2= 860C
Ditanya : Jangkauan titik leleh dan rata-rata titik
leleh
Jawab :
Ø Jangkauan titik
leleh
T2 – T1
= 860C – 280C
= 580C
Ø Rata-rata titik
leleh
H.
PEMBAHASAN
Titik lebur atau yang sering disebut juga dengan titik leleh
merupakan titik dimana terjadi keseimbangan antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan 1
atmosfir, atau merupakan suhu dimana gaya
termal dari molekul cukup untuk menguraikan susunan kisi dari kristal. Pada umumnya titik leleh senyawa organik mudah diamati sebab temperatur
dimana pelelehan mulai terjadi hampir sama dengan temperatur dimana zat telah
meleleh semuanya.
Pada percoaan digunakan kristal tembaga (Cu) untuk di amati
atau di tentukan titik lelehnya. Kristal Cu di masukkan dalam gelas kimia yang
telah di isi dengan air 100 ml, kemudian dipanaskan di atas pembakar spiritus.
Ketika kristal Cu di masukkan dalam air, larutan berubah warna menjadi biru.
Dan ketika dipanaskan, kristal Cu mulai meleleh pada suhu 280C atau
sama dengan 301 K. Kristal Cu terus dipanaskan hingga pada suhu yang ke 860C
atau sama dengan 359 K, kristal Cu telah meleleh dengan sempurna. Dengan telah
melelehnya semua kristal Cu maka dapat di ketahui bahwa pada suhu 860C,
kristal Cu telah berada dalam keseimbangan antara fasa padat dan fasa cair dengan tekanan 1
atmosfir. Sehingga
jangkauan
titik leleh atau perbedaan suhu ketika kristal Cu mulai melebur dan suhu dimana
kristal Cu mencair seluruhnya ialah 580C atau sama dengan 331 K. Dan
rata-rata suhu dari titik leleh tersebut ialah 570C atau sama dengan
330 K.
Kristal Cu memiliki titik lebur yang cukup tinggi yakni 860C,
hal ini disebabkan kristal Cu merupakan zat yang murni atau zat yang tidak
terdapat zat pengotor. Karena tidak adanya zat pengotor inilah, sehingga gaya
tarik antar molekul atom Cu semakin kuat. Dan karena kristal Cu merupakan zat
murni juga, sehingga suhu jangkauan titik leleh dan suhu rata-rata titik leleh
cukup besar.
I.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat di ambil kesimpulan
bahwa kristal Cu memiliki titik leleh atau titik lebur yang cukup besar yakni
860C. Hal ini disebabkan karena kristal Cu merupakan zat yang murni
sehingga gaya tarik antar molekul atom Cu semakin kuat.
Percobaan No.5
PENENTUAN
TITIK DIDIH
A.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari melakukan percobaan ialah untuk dapat menentukan
titik didih dari suatu zat (Tembaga).
B.
PRINSIP PERCOBAAN
Titik didih suatu cairan ialah
temperatur pada tekanan uap yang meninggalkan cairan sama dengan tekanan luar.
Bila tekanan uap sama dengan tekanan luar (tekanan yang dikenakan), maka akan mulai
terbentuk gelembung-gelembung uap dalam cairan.
C.
DASAR TEORI
Titik didih suatu zat adalah
suhu dimana gaya termal dari molekul cukup besar untuk mengatasi gaya kohesif
yang mengikat zat tersebut dalam molekul-molekulnya pada fase cair, atau
merupakan temperatur
pada tekanan uap yang meninggalkan cairan sama dengan tekanan luar. Bila
tekanan uap sama dengan tekanan luar (tekanan yang dikenakan), maka akan mulai
terbentuk gelembung-gelembung uap dalam cairan. Karena tekanan uap dalam
gelembung sama dengan tekanan udara, maka gelembung itu dapat mendorong diri
lewat permukaan dan bergerak ke fase gas di atas cairan, sehingga cairan itu
mendidih. Jangkauan titik didih dari zat cair merupakan perbedaan antara suhu
ketika gelembung-gelembung berhenti, dengan suhu ketika gelembung-gelembung
keluar dari tabung kapiler (Fredi, 2009).
Pada titik didih, suhu pada zat cair
tidak berubah, disebabkan karena panas diserap untuk mengubah zat cair menjadi
uap-uap air. Titik Didih suatu zat cair dipengaruhi oleh tekanan udara, artinya
makin besar tekanan udara makin besar pula titik didih zat cair tersebut. Pada
tekanan dan temperatur udara standar (76 cmHg, 25ºC) titik didih air sebesar
100ºC. Artinya pelarut murni akan mendidih bila tekanan uap jenuh pada
permukaan cairan sama dengan tekanan udara luar, tetapi jika dalam zat cair
tersebut dilarutkan larutan yang lebih rendah di banding tekanan uap jenuh
pelarut murni, menyebabkan titik didih larutan lebih tinggi dari pada titik
didih pelarut murni (Naen, dkk, 2013).
Titik didih adalah salah satu sarana
untuk mengidentifikasi zat. Identifikasi zat dilakukan sebagian besar dengan
bantuan metode spektroskopi, tetapi data titik didih diperlukan untuk
melaporkan cairan baru (Agus, 2011). Titik didih juga dapat digunakan untuk
memperkirakan secara tak langsung berapa kuatnya gaya tarik menarik antara
molekul cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kuat, titik didihnya
tinggi dan sebaliknya, bila gaya tariknya lemah maka titik didihnya rendah
(Fredi, 2009).
D.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
Ø Gelas kimia
Ø Pembakar spiritus
Ø Batang pengaduk
Ø Tabung kapiler
Ø Termometer
2.
Bahan
Ø Minyak
E.
PROSEDUR KERJA
1.
Memanaskan penangas dan menaikkan suhu dengan cepat, kemudian
melambat sampai gelembung-gelembung yang cepat dan sedikit lebih tinggi
beberapa derajat.
2.
Keluarkan api dan mendinginkan penangas dengan lambat sambil
diaduk. Mencatat suhu (sebagai T1)
dimana gelembung berhenti dan zat cair masuk dalam tabung kapiler.
3.
Memanaskan kembali minyak sambil mengaduk untuk menaikkan
suhu. Catat suhu (sebagai T2) dimana gelembung-gelembung mulai keluar dari
tabung kapiler.
F.
HASIL PENGAMATAN
Tabel Hasil
Pengamatan.
NO.
|
PENGAMATAN
|
HASIL PENGAMATAN
|
1.
|
Suhu
ketika gelembung berhenti dan zat cair masuk kedalam tabung kapiler (T1)
|
29
0C
|
2.
|
Suhu ketika gelembung keluar dari
tabung kapiler (T2)
|
68 0C
|
3.
|
Jangkauan
titik didih (T2-T1)
|
39
0C
|
4.
|
Titik didih
|
48.5 0C
|
G.
ANALISIS DATA
Diketahui: T1= 290C
T2= 680C
Ditanya : Jangkauan titik didih dan rata-rata titik
didih
Jawab :
Ø Jangkauan titik
didih
T2 – T1
= 680C – 290C
= 390C
Ø Rata-rata titik
didih
H.
PEMBAHASAN
Titik didih suatu
zat adalah suhu dimana gaya termal dari molekul cukup besar untuk mengatasi
gaya kohesif yang mengikat zat tersebut dalam molekul-molekulnya pada fase
cair, atau merupakan temperatur pada tekanan uap yang meninggalkan cairan sama
dengan tekanan luar.
Pada percoaan penentuan titik didih digunakan kristal
tembaga (Cu). Kristal Cu dimasukkan dalam penangas air, kemudian dipanaskan di
atas pembakar spiritus. Ketika dipanaskan, nampak adanya gelembung-gelembung
yang disebabkan karena tekanan uap dalam gelembung sama dengan tekanan udara,
maka gelembung itu dapat mendorong diri lewat permukaan dan bergerak ke fase
gas di atas campuran atau larutan, sehingga larutan tersebut mendidih. Kemudian
pemanasan dihentikan dan suhu ketika gelembung gas berhenti ialah 290C.
Kemudian larutan kembali dipanaskan hingga gelembung keluar dari tabung
kapiler, dan suhu pada keadaan tersebut ialah 680C. Sehingga jangkauan titik
leleh atau perbedaan suhu ketika gelembung berhenti dan suhu dimana gelembung
keluar dari tabung kapiler 390C. Dan rata-rata suhu dari titik didih
tersebut ialah 48.50C.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pada suhu 680C
kristal Cu dalam pelarut air telah berada pada tekanan uap jenuh pada tekanan
permukaan cairan sama dengan tekanan udara luar, dan gaya tarikan antar atom
kristal Cu juga besar kerena titih didih yang relatif cukup tinggi tersebut.
I.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat di ambil kesimpulan
bahwa kristal Cu dalam pelarut air memiliki titik didih yang cukup besar yakni
680C. Hal ini disebabkan karena gaya tarik antar atom Cu semakin
kuat. Dan pada suhu tersebut campuran telah berada pada tekanan uap jenuh yaitu tekanan pada permukaan
cairan sama dengan tekanan udara luar.
Percobaan No.7
SIFAT-SIFAT
ALKOHOL
A.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan melakukan praktikum ialah untuk mengetahui beberapa
sifat fisika dan sifat kimia dari alkohol.
B.
PRINSIP PERCOBAAN
Alkohol merupakan
senyawa yang bersifat polar dan kepolarannya ditunjukkan dengan adanya ikatan:
Oδ- Hδ+
Sifat kepolaran
alkohol di tunjukkan terhadap sifat-sifat fisika dan kimianya.
C.
DASAR TEORI
Alkohol merupakan suatu senyawa organik yang tersusun dari
unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Sifat lain dari alkohol dapat
ditentukan dari letak gugus hidroksil pada atom C yang dikenal sebagai; alkohol
primer (RCH2 – OH) dimana gugus hidroksida terikat oleh atom karbon
primer; alkohol sekunder (R2C – OH) dimana gugus hidroksida terikat oleh atom
sekunder; dan alkohol tertier (R3C – OH) dimana gugus hidroksida
terikat oleh atom karbon tersier. Alkohol juga
merupakan senyawa yang bersifat polar dan kepolarannya ditunjukkan dengan
adanya ikatan:
Oδ- Hδ+
Karena alkohol memiliki gugus OH yang bersifat polar dan
gugus alkil (R) yang bersifat nonpolar sehingga kelarutan alkohol dalam air
semakin rendah seiring bertambah panjangnya rantai hidrokarbon. Sifat kepolaran
alkohol di tunjukkan terhadap sifat-sifat fisika dan kimianya.
Sifat fisika dari alkohol antara lain:
1.
Titik didih
Karena alkohol dapat
membentuk ikatan hidrogen antara molekul-molekulnya, maka titik didih alkohol
lebih tinggi dari pada titik didih alkil halida atau eter, yang bobot molekulnya
sebanding.
Faktor-faktor yang menentukan titik didih dari alkohol yaitu berat molekul
dimana semakin besar berat molekulnya, semakin tinggi titik didihnya; bentuk
molekul dimana senyawa yang memiliki rantai cabang, titik didihnya akan
menurun; dan ikatan hidrogen (Sastrohamidjojo.2011).
2.
Kelarutan dalam air
Alkohol memiliki
berat molekul yang kecil ( karakter karbon berkisar dua sampai tiga), sehingga
dapat larut tak terbatas dalam air. Jika berat alkohol bertambah besar atau
karakter unsur karbonnya semakin banyak, maka alkohol sukar larut dalam pelarut
air.
Dan sifat-sifat kimia alkohol antara lain:
1.
Oksidasi alkohol
Oksidasi
alkohol primer dengan menggunakan natrium bikromat dan asam sulfat akan
menghasilkan suatu aldehida dan air, oksidasi alkohol sekunder dengan
menggunakan natrium bikromat dan asam sulfat akan menghasilkan suatu keton dan
air, dan oksidasi alkohol tersier oleh oksigen akan menghasilkan campuran asam
karboksilat, keton, karbon diokasida dan air.
2.
Reaksi dengan natrium
Alkohol
bereaksi dengan logam natrium menghasilkan suatu alkoksida dan hasil sampingnya
berupa gas hidrogen.
3.
Reaksi dengan asam halida
Alkohol
bereaksi dengan asam halida menghasilkan alkil halida dan air.
4.
Esterifikasi
Alkohol
bereaksi dengan asam karboksilat menghasilkan ester dan produk samping berupa
air. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan.
5.
Dehidrasi alkohol
Dehidrasi
alkohol dengan suatu asam sulfat akan menghasilkan alkena dan air.
Dari macam sifat fisika dan sifat kimia
alkohol tersebut, sehingga secara umum senyawa
alkohol mempunyai beberapat sifat yaitu mudah terbakar; mudah bercampur dengan
air; bentuk fasa pada suhu ruang dengan C 1 sampai dengan C 4 berupa gas atau
cair, C 5 sampai dengan C 9 berupa cairan kental seperti minyak, C 10 atau
lebih berupa zat padat; dan pada umumnya alkohol mempunyai titik didih yang
cukup tinggi dibandingkan alkananya pada rantai hidrokarbon. Hal ini disebabkan
karena adanya ikatan hidrogen atas molekulnya.
Alkohol
banyak saring ditemui dalam kehidupan sehari-hari karena berbagai penggunaan. Beberapa
penggunaan senyawa alkohol tersebut antara lain digunakan sebagai pelarut; etanol
(kelompok alkohol) dengan kadar 76% digunakan sebagai zat antiseptik; etanol
juga banyak sebagai bahan pembuat plastik, bahan peledak, dan kosmestik; campuran
etanol dengan metanol digunakan sebagai bahan bakar yang biasa dikenal dengan
nama Spirtus; dan etanol banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan minuman
keras.
D.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
Ø Pipet tetes
Ø Kaca arloji
Ø Tabung reaksi
Ø Pembakar spiritus
Ø Gelas kimia
Ø Plat tetes
2.
Bahan
Ø Alkohol
Ø Air
Ø Asam asetat
Ø H2SO4
Ø K2Cr2O7
Ø Kawat tembaga
E.
PROSEDUR KERJA
a)
Sifat Fisika
1.
Meneteskan 3 tetes alkohol pada kaca arloji dan mencatat
sifat fisikanya.
2.
Kelarutan dalam air
Meneteskan 5
tetes alkohol dalam tabung reaksi yang sudah di isi dengan 1 ml air.
Mengocoknya dan mencatatat larutannya.
b)
Sifat Kimia
1.
Esterifikasi
Mengukur 2 ml
etanol absolut (100%) dan menambah 10 tetes asam asetat dan 5 tetes H2SO4
pekat. Memanaskan campuran tersebut dalam penangas air. Menuangkan campuran
kedalam gelas kimia yang sudah di isi dengan 25 ml air. Mencatat aroma gas yang
dihasilkan.
2.
Oksidasi
Ø Mengamil 2 etanol
dan menambahkan 5 tetes H2SO4 pekat dan 1 sendok K2Cr2O4.
Memanaskan larutan dalam penangas sampai mendidih. Dan mencium aroma gas
yang dihasilkan.
Ø Meneteskan
metanol ke dalam lubang pelat tetes. Membuat spiral dari kawat Cu sepanjang 10
cm. Memanaskan kawat sampai berpijar dan mencelupkan ke dalam metanol. Dan
mencium aroma gas yang dihasilkan.
F.
HASIL PENGAMATAN
Tabel Hasil
Pengamatan
a.
Sifat Fisika
NO.
|
PENGAMATAN
|
HASIL PENGAMATAN
|
1.
|
Alkohol
pada kaca arloji
|
Larutan
bening dan mengeluarkan aroma yang khas.
|
2.
|
Alkohol + Air
|
Larutan kuning keruh dan
mengeluarkan aroma yang khas.
|
b.
Sifat Kimia
NO.
|
PENGAMATAN
|
HASIL
PENGAMATAN
|
1.
|
Etanol +
Asam Asetat + H2SO4 dipanaskan kemudian di campur air
|
Larutan
bening
|
2.
|
Etanol + H2SO4 +
K2Cr2O4
Metanol + Kawat Cu
|
Campuran berwarna merah dan
mengeluarkan aroma
Adanya aroma yang menyengat.
|
G.
ANALISIS DATA
a.
Sifat- Sifat Fisika
1.
Alkohol pada kaca arloji
Warna: bening
Aroma: memiliki
aroma dan bau yang sedikit menusuk
Fasa: cair
2.
Kelarutan dalam air
Alkohol tercampur
dengan air dengan larutan berwarna kuning keruh, dan mengeluarkan aroma atau
bau.
b.
Sifat Kimia
1.
Esterifikasi
H3C
CH2 OH + H3C C
O H H3C C
O CH2 CH3 + H2O
Etanol Asam Asetat Etil Asetat Air
2.
Oksidasi
*
Etanol + H2Cr2O7 dengan
katalis H2SO4
Campuran berwarna
merah dengan adanya aroma atau bau yang dihasilkan.
H2SO7(panas) H2O
K2Cr2O7 (H2Cr2O7) H2Cr2O4
kalium bikromat tidak Stabil asam kromat
H3C CH2 OH + HO
Cr OH H3C
CH2 O Cr
OH + H2O
O O
etanol asam kromat etil hidrogen kromat air
*
Metanol + Cu
Ketika Cu di
celupkan dalam metanol, menghasilkan aroma atau bau yang menyengat.
CH3O H + Cu CH3 O- Cu+ + H2
metanol Tembaga metoksi
H.
PEMBAHASAN
Alkohol merupakan
suatu senyawa organik yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen. Alkohol berdasarkan gugus –OH nya yang berikatan dengan alkil di bagi
menjadi tiga jenis, yakni: alkohol primer (RCH2 – OH) dimana gugus
hidroksida terikat oleh atom karbon primer; alkohol sekunder (R2C
– OH) dimana gugus hidroksida terikat
oleh atom sekunder; dan alkohol tertier (R3C – OH) dimana gugus
hidroksida terikat oleh atom karbon tersier.
Alkohol memiliki
sifat-sifat fisika yakni berwarna bening, mempunyai aroma yang khas, dan berupa
cairan, serta kelarutan alkohol mudah melarut dalam air. Kelarutan alkohol ini
ditunjukkan, ketika alkohol dalam hal ini etanol di tetes dalam air, larutan
tercampur dan berubah warna menjadi kuning keruh. Ini disebabkan karena
karakter karbon dalam etanol sebanyak 2 buah (CH3CH2OH),
dimana etanol merupakan janis alkohol yang mempunyai berat molekul yang kecil
sehingga mudah larut dalam air.
Selain sifat fisika,
alkohol juga memiliki sifat kimia yang ditunjukkan melalui reaksi-reaksi yang
terjadi pada alkohol. Dalam percaobaan reaksi yang diamati ialah reaksi
esterifikasi dan reaksi oksidasi.
1.
Esterifikasi
Pada proses
esterifikasi, etanol bereaksi dengan asam asetat dengan bantuan katalis asam sulfat
panas. Karena adanya katalis ini mengakibatkan ikatan antar atom karbon pada
etanol dan asam asetat tidak stabil, sehingga melepasnya salah satu ikatan
hidrogen pada atom karbon yang mengikat gugus –OH pada etanol. Dan pada asam
asetat, ikatan antara atom karbon dengan –OH juga putus. Dan atom-atom yang
putus atau terpotanasi tersebut saling berikatan membentuk molekul air sebagai
hasil sampingannya. Dan atom oksigen dari etanol akan berikatan dengan atom
karbon dari asam asetat, sehingga terbentuk sebuah hasil utama berupa senyawa
ester yakni etil asetat.
2.
Oksidasi
*
Etanol + K2Cr2O7 dengan
katalis H2SO4
Pada reaksi
oksidasi etanol dengan kalium bikromat dengan katalisator asam sulfat panas,
proses pertama yang terjadi ialah kalium bikromat di ubah menjadi jadi H2Cr2O7
dimana atom K putus dan atom H daro H2SO4 berikatan
dengan Cr2O7 sehingga tidak stabil oleh asam sulfat,
kemudian oleh air yang berasal dari asam sulfat panas ini mereduksi kalium
bikromat tersebut menjadi asam kromat. Dan asam kromat inilah yang digunakan
pada proses oksidasi.
Etanol bereaksi
dengan asam kromat dan dengan adanya
katalis asam sulfat, menyebabkan ikatan antara atom karbon pada etanol dan asam
kromat tidak stabil, sehingga melepasnya salah satu ikatan hidrogen pada atom
karbon yang mengikat gugus –OH pada etanol. Dan pada asam kromat, salah satu
ikatan antara atom karbon dengan gugus –OH juga putus. Dan atom-atom yang putus
atau terpotanasi tersebut saling berikatan membentuk molekul air sebagai hasil
sampingannya. Dan atom oksigen dari etanol akan berikatan dengan atom karbon
dari asam kromat, sehingga terbentuk sebuah hasil utama yakni etil hidrogen kromat,hal ini detandai
dengan warna campuran yang berubah menjadi merah dan mengeluarkan atau
menghasilkan bau, dan proses ini merupakan proses yang terjadi pada alkohol
primer karena di lihat dari hasilnya.
*
Metanol + Cu
Alkohol dapat
bereaksi dengan dengan logam-logam dari golongan I, II, dan III. Alkohol yang
digunakan pada percobaan ialah metanol, dan logamnya ialah tembaga (Cu) yang
merupakan logam pada golongan I B. Reaksi yang terjadi terlihat ketika kawat Cu
dipanaskan kemudian dicelupkan pada metanol, tercium aroma atau bau yang sangat
menyengat. Bau ini berasal dari senyawa tembaga
metoksi yang terbentuk dari hasil reaksi metanol dan tembaga. Dimana
tembaga teroksidasi dan melepas elektron dan bermuatan positif, dan hidrogen
tereduksi dengan menangkap elektron yang di lepas dan membentuk gas hidrogen
netral.
I.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa alkohol memiliki
sifat-sifat fisika dan sifat-sifat kimia. Pada sifat fisika alkohol, alkohol
merupakan zat cair, berwarna bening dan memiliki bau yang khas, dengan
kelarutan dalam air tergantung dari ukuran molekul atau banyaknya atom karbon
dalam senyawa alkohol tersebut. Jika ukuran molekul kecil kerena jumlah atom
karbonnya yang sedikit, maka alkohol mudah larut dalam air, dan sebaliknya. Dan
pada sifat kimia di lihat hari reaksi dan hasil reaksinya. Misalnya Esterifikasi, yang pada prosesnya
menghasilkan senyawa menghasilkan ester dan produk samping berupa air. Dan
oksidasi, pada prosesnya dengan kalium bikromat dan asam sulfat akan
menghasilkan suatu aldehida dan air untuk alkohol primer, menghasilkan keton
dan air untuk alkohol tersier, dan menghasilkan senyawa campuran asam karboksilat, keton, karbon diokasida dan
air pada alkohol tersier. Dan alkohol juga dapat bereaksi dengan logam-logam
dari golongan I, II, dan III.
Percobaan No.8
ALKOHOL
A.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan melakukan percobaan ialah untuk mempelajari salah satu
reaksi alkohol yang melibatkan pemutusan ikatan karbon oksigen (dehidrasi) dan
cara pengujian kadar air dalam alkohol.
B.
PRINSIP PERCOBAAN
Alkohol mempunyai
rumus R-OH, dapat mengalami dehidrasi yaitu lepasnya air dari alkohol karena
pemanasan yang dilakukan dengan asam sulfat (H2SO4).
C.
DASAR TEORI
Alkohol mempunyai rumus
R-OH. Senyawa alkohol merupakan senyawa yang penting dalam kimia organik.
Alkohol merupakan tulang punggung dalam sintesis senyawa-senyawa organik,
karena gugus –OH dapat diubah, baik secara langsung maupun tidak langsung
menjadi gugus-gugus lain.
Alkohol adalah senyawa seperti air yang satu hidrogennya
diganti oleh rantai atau cincin hidrokarbon.
Gugus
–OH yang terikat pada atom karbon jenuh merupakan senyawa yang di sebut
alkohol. Klasifikasi alkohol tergantung pada struktur gugus alkil yang terikat
pada gugus –OH. Klasifikasi atau jenis dari alkohol yaitu:
Ø Alkohol primer
Dengan struktur, hanya satu gugus alkil (R) yang terikat
pada gugus –OH.
Ø Alkohol sekunder
Dengan struktur, terdapat dua gugus alkil (R) yang melekat
pada gugus –OH.
Ø Alkohol tersier
Dengan struktur, terdapat tiga gugus alkil (R) yang melekat pada
gugus –OH.
Pada alkohol terjadi reaksi
yang melibatkan pemutusan ikatan karbon-oksigen (R-OH), salah satunya ialah
ketika alkohol dipanaskan dengan asam sulfat (H2SO4) atau
asam fosfat (H3PO4) akan menghasilkan alkena dan air, lepasnya
alkena dan air ini disebut juga dengan dehidrasi. Dehidrasi juga dapat
dilakukan dengan mengalirkan uap alkohol pada alumina yang dipanaskan (Al2O3).
Agen
pengoksidasi yang digunakan pada reaksi-reaksi oksidasi
biasanya adalah sebuah larutan natrium atau kalium dikromat (VI) yang
diasamkan dengan asam sulfat encer. Jika oksidasi terjadi, larutan orange yang
mengandung ion-ion dikromat (VI) direduksi menjadi sebuah larutan hijau yang
mengandung ion-ion kromium (III).
1.
Oksidasi Alkohol primer
Alkohol
primer bisa dioksidasi baik menjadi aldehid maupun asam karboksilat tergantung
pada kondisi-kondisi reaksi. Untuk pembentukan asam karboksisat, alkohol
pertama-tama dioksidasi menjadi sebuah aldehid yang selanjutnya dioksidasi
lebih lanjut menjadi asam.
Ø Oksidasi parsial menjadi aldehid
Oksidasi
alkohol akan menghasilkan aldehid jika digunakan alkohol yang berlebihan, dan
aldehid bisa dipisahkan melalui distilasi sesaat setelah terbentuk. Alkohol
yang berlebih berarti, tidak ada agen pengoksidasi yang cukup untuk
melakukan tahap oksidasi kedua.
Dalam
kimia organik, versi-versi sederhana dari reaksi ini sering digunakan dengan
berfokus pada apa yang terjadi terhadap zat-zat organik yang terbentuk. Untuk
melakukan ini, oksigen dari sebuah agen pengoksidasi dinyatakan sebagai [O].
Penulisan ini dapat menghasilkan persamaan reaksi yang lebih sederhana yakni:
Ø
Oksidasi
sempurna menjadi asam karboksilat
Untuk
melangsungkan oksidasi sempurna, kita perlu menggunakan agen pengoksidasi yang
berlebih dan memastikan agar aldehid yang terbentuk pada saat produk
setengah-jalan tetap berada dalam campuran.
Persamaan
reaksi sempurna untuk oksidasi etanol menjadi asam etanoat adalah sebagai
berikut:
3CH3CH2OH
+ 2Cr2O72- + 16H+ 3CH3COOH
+ 4Cr3+ + 11H2O
Persamaan reaksi yang lebih
sederhana dapat ditulis sebagai berikut:
2. Alkohol
sekunder
Alkohol
sekunder dioksidasi menjadi keton. Sebagai contoh, jika alkohol sekunder propanol-2,
dipanaskan dengan larutan natrium atau kalium dikromat(VI) yang diasamkan
dengan asam sulfat encer, maka akan terbentuk propanon. Reaksi tersebut
dapat ditulis sebagai berikut:
Jika
melihat kembali tahap kedua reaksi alkohol primer, akan melihat bahwa ada
sebuah atom oksigen yang "disisipkan" antara atom karbon dan atom
hidrogen dalam gugus aldehid untuk menghasilkan asam karboksilat. Untuk alkohol
sekunder, tidak ada atom hidrogen semacam ini, sehingga reaksi berlangsung
lebih cepat.
3. Alkohol
tersier
Alkohol-alkohol
tersier tidak dapat dioksidasi oleh natrium atau kalium dikromat(VI). Bahkan
tidak ada reaksi yang terjadi. Jika memperhatikan apa yang terjadi dengan alkohol
primer dan sekunder, akan melibat bahwa agen pengoksidasi melepaskan hidrogen
dari gugus -OH, dan sebuah atom hidrogen dari atom karbon terikat pada gugus
-OH. Alkohol tersier tidak memiliki sebuah atom hidrogen yang terikat pada atom
karbon tersebut.
Kebanyakan alkohol alifatik digunakan dilaboratorium,
klinik, dan industri. Isopropil alkohol
merupakan cairan tak
berwarna dan hampir tak berbau (td 820C), alkohol ini digunakan untuk
keperluan pijat dan menurunkan suhu demam. Juga digunakan sebagai pelarut
minyak wangi, krim, lotion, dan kosmetik. Etilena glokol (td 1970C)
adalah senyawa utama anti beku. Keuntungannya dibanding cairan bertitik didih
tinggi lainnya ialah kelarutannya dalam air dan rendahnya titik beku (-17,40C).
Gliserol adalah cairan kental manis dan larut air. Digunakan sebagai pelumas
dalam obat wasir dan pelembab dalam kosmetik, makanana dan obat-obatan
(Wilbraham. 1992).
D.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
Ø Tabung reaksi
Ø Pembakar spiritus
Ø Gelas kimia
2.
Bahan
Ø Butanol-2 2M
Ø CaCO3
Ø CuSO4
Ø Alkohol bebas air
E.
PROSEDUR KERJA
1.
Dehidrasi Alkohol
i.
Memasukkan sekitar 10 ml butanol-2 2M ke dalam tabung reaksi,
ii.
Menambah1 gram CaCO3
iii.
Menyumbat tabung reaksi dan memanaskannya selama 2 menit
dalam penangas air.
2.
Uji Air Dalam Alkohol
i.
Meletakkan CuSO4 yang bebas air pada 2 tabung
reaksi yang kering,
ii.
Menambah 2ml butanol-2 pada tabung reaksi satu, dan 2 ml
alkohol bebas air pada tabung ke dua. Mengamati hasilnya,
iii. Kemudian menambah
satu tetes air ke dalam masing-masing tabung dan mengamatinya
F.
HASIL PENGAMATAN
Tabel Hasil
Pengamatan
NO.
|
PENGAMATAN
|
HASIL
PENGAMATAN
|
1.
2.
|
Dehidrasi
Alkohol
Butanol-2
+ CaCO3
Sebelum dipanaskan
Sesudah
dipanaskan
Uji Air
Dalam Alkohol
Butanol-2
+ CuSO4
Alkohol
murni + CuSO4
Air
ditambah dalam tabung reaksi
|
Larutan
tidak menyatu dimana terdapat endapan berwarna putih dan larutan berwarna bening.
Adanya
gelembung gas, ada endapan putih, dan laturan bening.
Terbentuk
endapan biru dan larutan jernih
Terbentuk
endapan biru dan larutan tampak keruh
Terdapat
cincin yang memisahkan larutan (cincin berada ditengah).
|
G.
ANALISIS DATA
1.
Dehidrasi Alkohol
CH3
CH CH2 CH3
H3C +CH CH2 CH3
+ OH-
Butanol-2
H2C
+CH CH2 CH3
+ OH- H2C- +CH CH2 CH3 + H2O
H
Butena
2.
Uji air dalam alkohol
CH3
CH CH2 CH3
+ CuSO4 H3C CH
CH2 CH3 + SO4 + H2O
Butanol-2
H3C
CH2 OH + CuSO4 H3C CH2 Cu
+ SO4 + H2O
Eetil alkohol
H.
PEMBAHASAN
Alkohol merupakan tulang punggung dalam sintesis
senyawa-senyawa organik, karena gugus –OH dapat diubah, baik secara langsung
maupun tidak langsung menjadi gugus-gugus lain. Dalam reaksi alkohol melibatkan
pemutusan ikatan oksigen-hidrogen sehingga menghasilkan garam-garam logam,
ester, atau aldehid, keton, dan senyawa asam. Dan melibatkan reaksi pemutusan
ikatan karbon-oksigen. Pada percobaan ini dilakukan dalam dua tahapan, yang
pertama ialah reaksi yang melibatkan pemutusan ikatan karbon-oksigen yang
disebut dengan dehidrasi dan yang kedua uji air dalam alkohol.
Melepasnya air dari alkohol sering disebut dengan dehidrasi
alkohol yang dapat menghasilkan alkena dan air. Pada percobaan dehidrasi
alkohol ini, digunakan jenis alkohol yakni butanol-2 yang direaksikan dengan
CaCO3 sehingga terbentuk endapan putih dengan warna larutan bening.
Ini dikarenakan ikatan gugus –OH pada butanol-2 putus, sehingga atom karbon
yang mengikat gugus –OH tersebut menjadi bermuatan positif. Kemudian ketika di
panaskan, oleh panas yang berfungsi sebagai katalis kembali mengoksidasi ikatan
antara salah satu atom hidrogen dengan atom karbon, hingga ikatan tersebut
putus. Dan atom H putus menjadi positif dan berikatan dengan gugus –OH-
membentuk molekul air yang ditandai dengan adanya gelembung-gelembung gas pada
saat pemanasan. Dan atom karbon yang melepas ikatan dengan atom hidrogen
tersebut menjadi negatif. Karena pada atom karbon ada yang bermuatan positif
dan ada yang negatif, sehingga kedua atam karbon tersebut saling membentuk
ikatan rangkap yang dinamakan dengan senyawa alkena (butena, hal ini ditandai dengan terbentuknya endapan putih
pada reaksi.).
Pada uji air dalam alkohol digunakan dua jenis alkohol, yakni
butanol-2 dan alkohol. Ketika masing-masing larutan tersebut ditambah CuSO4,
pada tabung yang berisi butanol-2 nampak terbentuk endapan berwarna biru,
demikian juga pada tabung yang berisi alkohol nampak endapan berwarna biru.
Endapan berwarna biru ini membuktikan bahwa dalam kedua jenis alkohol tersebut
mengandung air karena dalam reaksinya dengan CuSO4 menghasilkan air
dan sulfat (SO4). Endapan biru terbentuk karena ketika CuSO4 yang
memiliki endapan berwarna putih terkontaminasi dengan air, maka endapan putih
tersebut menjadi endapan berwarna biru.
I.
KESIMPULAN
Dari percobaan
yang dilakukan dapat di simpulkan bahwa dehidrasi alkohol merupakan reaksi
dimana alkohol kehilangan air atau pada gugus alkohol terjadi pemutusan ikatan
karbon oksigen membentuk alkena dan air. Dan pada uji air dalam alkohol,
ternyata jenis alkohol yang dipakai dalam percobaan masih terkandung air. Air
ini dapat diketahui dengan mereaksikan alkohol dengan tembaga sulfat. Jika
nampak endapan berwarna biru, maka alkohol tersebut masih mengandung air.
Percobaan No.10
ASAM KARBOKSILAT
A.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari melakukan praktikum ialah untuk dapat mengetahui sifat-sifat
dari asam karboksilat.
B.
PRINSIP PERCOBAAN
Senyawa organik yang mengandung gugus karboksil dan bersifat
asam disebut asam karboksilat.Sehingga rumus umum dari asam karboksilat ialah:
C
O H R
C O H R COOH atau R
CO2H
Gugus
karboksil asam karboksil struktur ditulis ringkas
Kelarutan dalam air dan titik didih dari asam karboksilat
mirip dengan alkohol, dan untuk titik leburnya, asam karboksilat memiliki titik
lebur pada suhu yang rendah.
C.
DASAR TEORI
Gabungan dari gugus karbonil dan gugus hidroksil pada atom
karbon yang sama disebut dengan gugus karboksil. Senyawa organik yang
mengandung gugus karboksil dan bersifat asam disebut asam karboksilat
(Sastrohamidjojo. 2011). Sehingga rumus umum dari asam karboksilat ialah:
C O
H R
C O H R
COOH atau R CO2H
Gugus
karboksil asam karboksil struktur ditulis ringkas
Asam
karboksilat diklasifikasikan sesuai dengan substituen yang terikat pada gugus
karbonil. Asam alifatik memiliki gugus akil yang terikat pada gugus karbonil.
Asam alifatik memiliki gugus alkil yang terikat pada gugus karboksil, sedangkan
asam aromatik memiliki gugus aril. Asam yang paling sederhana adalah asam
format dengan sebuah proton terikat pada gugus karboksil. Asam lemak merupakan
asam alifatik rantai paling panjang yang diturunkan dari hasil hidrolisis lemak
dan minyak.
H C O
H CH3 CH2 C O
H C
O H
Asam Format Asam Alifatik Asam
Benzoat
Asam
karboksilat melepas proton yang dihasilkan dari pemutusan heterolitik ikatan
O-H dan ion karboksilat.
Adapun sifat-sifat
yang dimiliki oleh asam karboksilat adalah sebagai berikut:
1. Reaksi Pembentukan
Garam
Garam organik yang
membentuk dan memiliki sifat fisik dari garam anorganik padatannya, NaCl
dan KNO3 adalah garam organik yang meleleh pada
temperatur tinggi, larut dalam air dan tidak berbau. Reaksi yang terjadi
adalah:
HCOOH + NaOH → HCOONa + H2O
2. Reaksi
Esterifikasi
Ester asam
karboksilat ialah senyawa yang mengandung gugus –COOR dengan R dapat berbentuk
alkil. Ester dapat di
bentuk dari
reaksi langsung antara asam karboksilat dengan alkohol. Secara umum
reaksinya adalah:
RCOOH + R’OH → RCOOR + H2O
3. Reaksi Oksidasi
Reaksi terjadi
pada pembakaran atau oleh reagen yang sangat kokoh dan kuat seperti asam
sulfat, CrO3, panas.Gugus asam karboksilat teroksidasi sangat lambat.
4. Pembentukan Asam
Karboksilat
Beberapa cara
pembentukan asam karboksilat dengan jalan sintesa dapat dikelompokkan dalam 3
cara yaitu: reaksi hidrolisis turunan asam karboksilat, reaksi oksidasi, reaksi
Grignat.
Asam karboksilat yang
berat molekulnya hampir sama dengan alkohol, aldehida, atau keton, mendidih
pada suhu yang lebih tinggi, misalkan saja asam format yang mendidih pada suhu
100.50C, sedangkan etanol mendidih pada suhu 780C dan
asetaldehida yang mendidih pada suhu 210C. Hal ini disebabkan karena
gugus karboksil mengandung gugus C=O dan gugus –O-H yang keduanya bersifat
polar. Asam karboksilat dalam fasa cair maupun uap berada dalam keadaan demer,
artinya keadaan menunjukkan adanya ikatan hidrogen intermolekul antara C=O dari
satu molekul dengan gugus –O-H dari molekul air.
O H-------O
Kelarutan dalam air dari asam
karboksilat mirip dengan alkohol. Asam karboksilat dengan empat atom karbon
atau kurang, larut sempurnah dalam air. Kelarutannya disebabkan karena terjadi
ikatan hidrogen antara gugus karboksil dengan air. Dan asam karboksilat dengan
lima atom karbon atau lebih, larut sebagian atau bahkan tidak larut dalam air.
Asam
karboksilat yang mengandung 8 atau lebih atom karbon biasanya berwujud padat,
kecuali bila mengandung ikatan rangkap. Adanya ikatan rangkap dalam rantai
lurus akan mengurangi atau menghalangi terbentuknya kisi-kisi kristal yang
stabil. Sehingga melebur pada suhu yang rendah atau terjadi penurunan titik
leleh.
Adapun
reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Reaksi
pembentukan garam O
CH3 – (CH2)10 – COOH + NaOH → CH3(CH2)10
– C
– ONa + H2O
Asam laurat Natrium laurat
Garam natrium dari asam karbon tinggi adalah bahan dasar untuk sabun
+ NaHCO3
Na – benzoat
2.
Pembentukan
klorida asam
O
R
– C – OH + SOCl2 O
+ SO2 + HCl
PCl3
R – C + PCl + HCl
PCl5 Cl +
PCl3 + HCl
3.
Pembentukan
ester
+ CH3OH OCH3
Metil benzoat
D.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
Ø Gelas ukur
Ø Tabung reaksi
Ø Sendok
Ø Gelas kimia
Ø Pembakar spiritus
Ø Kertas universal
2.
Bahan
Ø Etanol
Ø H2SO4
Ø K2Cr2O7
Ø Bedak salisin
Ø Ekstrak jeruk
Ø Ekstrak belimbing
Ø HCl
Ø NaOH 1M
E.
PROSEDUR KERJA
1.
Pembuatan dari alkohol
Ø Mengukur 2 ml
etanol dan memasukkannya dalam gelas ukur,
Ø Menambah 5 tetes
H2SO4 pekat dan sati sendok kecil K2Cr2O7,
Ø Memanaskan dalam
penangasair sampai mendidih. Dan mencium aroma gas yang terbentuk,
Ø Memanaskan
kembali dalam penangas air selama 1 menit, lalu mencium aroma yang terbentuk.
2.
Sifat-sifat
a.
Sifat fisika
Ø Mengambil 3
tabung reaksi dan memasukkan pada masing-masing tabung bedak salisin, ekstrak
jeruk, dan ekstrak belimbing. Mengamati sifat-sifat fisika dari zat tersebut.
b.
Sifat keasaman
Ø Menambah HCl
kedalam masing-masing tabung pada percobaan a (sifat fisika), kemuadian menguji
larutan tersebut dengan kertas lakmus.
c.
Dengan NaOH
Ø Mengambil 3
tabung reaksi dan memasukkan pada masing-masing tabung bedak salisin, ekstrak
jeruk, dan ekstrak belimbing. Kemudian menambah NaOH 1M tetes demi tetes pada
setiap tabung reaksi sambil mengocoknya, dan
mengamati hasil yang terjadi.
F.
HASIL PENGAMATAN
Tabel Hasil
Pengamatan
1.
Pembuatan dari alkohol
NO.
|
PENGAMATAN
|
HASIL PENGAMATAN
|
1.
|
Etanol +
H2SO4 + K2Cr2O7
Dipanaskan
sampai mendidih, kemudian diangkat.
Kembali
dipanaskan selama 1 menit
|
Warna
larutan berubah dari kuning menjadi hujau tua dan terdapat endapan coklat.
Saat
dipanaskan larutan menjadi hijau, adanya gelembung gas dan berbau, serta
terdapat endapan hitam.
Aroma
atau bau yang dikeluarkan semakin menyengat.
|
2.
Sifat-sifat
PENGAMATAN
|
HASIL PENGAMATAN
|
a. Sifat-sifat fisika
1.
Bedak
2.
Ekstrak
Jeruk
3.
Ekstrak
Belimbing
|
Warna
putih kapur, tidak berbau, dan berupa bubuk.
Warna
keruh kecoklatan, aromanya wangi, dan berupa cairan.
Warnah
keruh, aromanya wangi, dan berupa cairan.
|
b. Sifat
Keasaman
1.
Bedak +
HCl
2.
Ekstrak
jeruk + HCl
3.
Ekstrak
belimbing + HCl
1.
|
Lakmus biru menjadi merah
Lakmus biru menjadi merah
Lakmus biru menjadi merah
|
c. Dengan NaOH
2.
Bedak +
NaOH
3.
Ekstrak
jeruk + NaOH
4.
Ekstrak belimbing + NaOH
|
Terdapat
endapan, larutan kuning.
Larutan keruh
Larutan bening
|
G.
ANALISIS DATA
1.
Pembuatan dari alkohol
H2SO7(panas) H2O
K2Cr2O7 (H2Cr2O7) H2Cr2O4
kalium
bikromat tidak
Stabil asam kromat
H3C CH2 OH + HO
Cr OH H3C
CH2 O Cr
OH + H2O
O O
etanol asam kromat etil hidrogen kromat air
H O H
H2O
H3O
H asam metil karboksilat
2.
Sifat-sifat
a.
Sifat fisika
Pada bedak salisin memiliki warna putih kapur, tidak
berbau, dan berupa padatan (bubuk); jeruk yang di ambil ekstraknya,ekstrak
jeruk berwarna keruh kecoklatan, aromanya wangi, dan berupa cairan; dan pada
belimbing yang diambil ekstraknya, ekstraks belimbing berwarna keruh, aromanya
wangi, dan berupa cairan.
b.
Sifat keasaman
Bedak salisin
C
C
Klor
Salisilat
Ekstrak belimbing
HO C C OH
+ HCl Cl O C C O Cl
O O
Klor Oksalat
Ekstrak jeruk
OH OH OH
c.
Dengan NaOH
Bedak salisin
C C
Natrium
Salisilat
Ekstrak belimbing
HO C C OH
+ NaOH Na O C C O Na
O O
Natrium Oksalat
Ekstrak
jeruk
OH
OH OH
H.
PEMBAHASAN
Senyawa organik yang mengandung gugus karboksil dan bersifat
asam disebut asam karboksilat.
Pada reaksi pembentukan asam karboksilat, etanol direaksikan
dengan kalium bikromat dengan katalisator asam sulfat panas, proses pertama
yang terjadi ialah kalium bikromat di ubah menjadi jadi H2Cr2O7
dimana atom K putus dan atom H daro H2SO4 berikatan
dengan Cr2O7
sehingga tidak stabil oleh asam sulfat, kemudian oleh air yang berasal
dari asam sulfat panas ini mereduksi kalium bikromat tersebut menjadi asam
kromat, hal ini ditandai dengan adanya endapan berwarna coklat. Dan asam kromat
inilah yang digunakan pada proses pembentukan asam karboksilat.
Etanol bereaksi dengan
asam kromat dan dengan adanya katalis asam sulfat, menyebabkan ikatan
antara atom karbon pada etanol dan asam kromat tidak stabil, sehingga
melepasnya salah satu ikatan hidrogen pada atom karbon yang mengikat gugus –OH
pada etanol. Dan pada asam kromat, salah satu ikatan antara atom karbon dengan
gugus –OH juga putus. Dan atom-atom yang putus atau terpotanasi tersebut saling
berikatan membentuk molekul air sebagai hasil sampingannya. Dan atom oksigen
dari etanol akan berikatan dengan atom karbon dari asam kromat, sehingga
terbentuk etil hidrogen kromat, kemudian
oleh air ikatan antar atom H dengan C dan atom O dengan Cr putus sehingga
membentuk struktur yang baru yakni H3C C
O
H
Kemudian senyawa tersebut melalui oksidasi mengalami
pemanasan dan diikuti dengan penetralan asam menggunakan H3O, maka
terbentukkan asam metil karboksilat
yang ditandai dengan terentuknya endapan hitam.
Pada uji sifat asam
karboksilat, digunakan bedak salisin yang merupakan asam salisilat dengan rumus
molekul C7H6O3 berwarna putih kapur, tidak
berbau, dan berupa padatan (bubuk). Ketika bedak tersebut di tambah air dan
ditetesi asam klorida (HCl) dan diuji dengan kertas lakmus, kertas lakmus biru
menjadi merah yang menunjukkan bahwa larutan bersifat asam. Demikian juga
dengan ekstrak jeruk yang merupakan asam sitrat dengan rumus molekul C6H8O7
dan ekstrak belimbing yang merupakan asam oksalat dengan rumus molekul (C6H2O4),
yang juga bersifat asam yang ditunjukkan dengan perubahan kertas lakmus biru
menjadi merah. Pada uji sifat asam karboksilat dengan NaOH, bedak salisin,
ekstrak jeruk, dan ekstrak belimbing masing-masing ditetesi NaOH. Pada campuran
bedak salisin dengan NaOH menghasilkan endapan dengan larutan kuning. Hal ini
terjadi karena dalam reaksi menghasilkan natrium salisilat. Pada campuran
ekstrak jeruk dengan NaOH mengahasilkan larutan bening, dan pada ekstrak
belimbing menghasilkan larutan bening karena terbentuknya natrium oksalat.
I.
KESIMPULAN
Dari hasil
percobaan dapat disimpulkan bahwa asam karboksilat dapat dibuat dengan
mereaksikan etanol yang merupakan alkohol primer dengan H2SO4 dan
K2Cr2O7 dalam keadaan panas. Asam karboksilat
(bedak salisin, ekstrak jeruk, dan ekstrak belimbing) bersifat asam, dimana
bedak salisin merupakan asam salisilat dengan sifat fisik berwarna putih kapur,
tidak berbau, dan berbentuk padatan; ekstrak jeruk merupakan asam sitrat dengan
sifat fisik berwarna keruh kecoklatan, aromanya wangi, dan berupa cairan; dan
ekstrak belimbing yang merupakan asam oksalat dengan sifat fisik berwarna keruh,
aromanya wangi, dan berupa cairan.
Percobaan No.11
E S T E R
A.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari melakukan percobaan ialah untuk dapat mengetahui
cara pembuatan ester.
B.
PRINSIP PERCOBAAN
Ester merupakan turunan dari asam karboksilat, dan dapat dibuat dari
reaksi antara klorida asam dengan suatu alkohol dalam media basa seperti
piridin, dari reaksi asam anhidrida dengan suatu alkohol, dan juga reaksi
antara asam karboksilat dengan alkohol menggunakan katalis karboksilat dan
alkohol direfluks secara bersama-sama dengan adanya asam sebagai katalis, serta
dapat juga di buat dengan menggunakan alkohol dan sedikit asam sulfat sebagai
katalisatornya.
C.
DASAR TEORI
Ester merupakan turunan dari asam karboksilat yang mengandung gugus
-COOH, dengan sebuah ester hidrogen pada gugus ini
digantikan dengan sebuah gugus hidrokarbon dari berbagai jenis. Gugus ini bisa
berupa gugus alkil supertimetil atau etil, atau gugus yang mengandung sebuah
cincin benzen.
Rumus umum dari ester ialah
O
Dan contoh dari ester, sebegaimana yang dijelaskan pada
bagian atas ialah:
O
Etil-propil ester
Etil-Sikloheksil
ester
Ester dapat dibuat dari reaksi antara klorida asam dengan
suatu alkohol dalam media basa seperti piridin, dari reaksi asam anhidrida
dengan suatu alkohol, dan juga reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol
menggunakan katalis karboksilat dan alkohol direfluks secara bersama-sama
dengan adanya asam sebagai katalis. Reaksi ini merupakan reaksi kesetimbangan,
sehingga tidak mungkin mendapatkan ester secara kuantitatif dalam setiap mol
reaktannya. Kesetimbangan dapat diarahkan ke produk dengan mengambil produk
airnya, atau dengan membuat lebih kuantitas salah satu reaktan. Ada dua metode
yang digunakan dalam esterifikasi yaitu proses batch dan proses kontinyu.
Proses esterifikasi berlangsung dibawah tekanan pada suhu 200-250°C. Pada
reaksi kesetimbangan, air dipindahkan secara kontinyu untuk menghasilkan ester.
Proses esterifikasi merupakan proses yang cenderung digunakan dalam produksi
ester dari asam lemak spesifik. Laju reaksi esterifikasi sangat dipengaruhi
oleh struktur molekul reaktan dan radikal yang terbentuk dalam senyawa. Data
tentang laju reaksi serta mekanismenya disusun berdasarkan karakter kinetiknya,
sedangkan data tentang perkembangan reaksi dinyatakan sebagai konstanta
kesetimbangan.
Salah satu contoh dari ester ialah etil asetat. Etil asetat
dan ester lain dengan sepuluh karbon atau kurang merupakan suatu cairan yang
mudah menguap dengan bau enak yang mirip dengan buah-buahan dan sering dijumpai
dalam buah-buahan dan bunga-bungaan. Banyak ester, baik yang dari alam maupun
dibuat oleh manusia, yang digunakan
sebagai bahan penyedap seperti flavoring agent. Bau dan cita rasa dari buah-buahan tertentu dapat
disebabkan oleh beberapa ester. Misalnya etil asetat, n-butil asetat, dan
n-pentil asetat semuanya merupakan cita rasa dari pisang. Ester yang terdapat
dari alam yang terbuat dari asam karbiksilat berantai-panjang dan alkohol
berantai-panjang disebut lilin. Lilin merupakan campuran dua ester atau lebih
dan zat-zat lain. Campuran semacam itu
merupakan zat padat yang mudah meleleh, dan jangka leleh yang
lebar antara 40-900C.
Ester pada umumnya bersifat polar. Hal ini menyebabkan ester
yang jumlah atom karbonnya sedikit mudah larut dalam air. Kelarutan ester
berkurang dengan bertambahnya atom karbon. Ester merupakan senyawa polar yang
mempunyai dipol-dipol yang saling berinteraksi dimana interaksi ini menimbulkan gaya antar molekul. Adanya gaya antar
molekul menyebabkan ester memilki titik didih yang lebih tinggi
dari senyawa hidrokarbon lain yang memiliki bentuk molekul dan massa atom
relatifnya mirip. Namun dibandingkan dengan senyawa
alkohol dan asam karboksilat yang bentuk molekul dan molekul relatifnya
mirip titik didih ester lebih rendah. Hal ini disebabkan ester tidak memiliki
gugus OH-, sehingga interaksi antar molekul ester tidak
membentuk ikatan hidrogen. Senyawa – senyawa
ester antara lain mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Sifat kimia
Pada umumnya ester mempunyai bau yang
harum, menyerupai bau buah-buahan; senyawa ester pada umumnya sedikit larut
dalam air dan bersifat polar; ester lebih mudah menguap dibandingkan dengan
asam atau alkohol pembentuknya;
ester merupakan senyawa karbon yang netral; ester dapat
mengalami reaksi hidrolisis; ester dapat direduksi dengan H2 menggunakan
katalisator Ni dan dihasilkan dua buah
senyawa alkohol; ester khususnya minyak atau lemak bereaksi dengan basa
membentuk garam (sabun) dan gliserol. Reaksi ini dikenal dengan reaksi
safonifikasi penyabunan.
2. Sifat fisika
Ester memiliki titik didih yang mirip
dengan titik didih aldehid dan keton yang sama jumlah atom karbonnya. Seperti
halnya aldehid dan keton, ester adalah molekul polar sehingga memiliki
interaksi dipol-dipol serta gaya dispersi van der Waals. Akan tetapi, ester
tidak membentuk ikatan hidrogen, sehingga titik didihnya tidak menyerupai titik
didih asam yang memiliki atom karbon sama.
D.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
Ø Gelas ukur
Ø Tabung reaksi
Ø Pipet tetes
Ø Sendok kecil
Ø Gelas kimia
Ø Pembakar spiritus
Ø Kertas lakmus
Ø Cawan porselin
2.
Bahan
Ø Alkohol
Ø Asam
Ø H2SO4
Ø Air
Ø Minyak kelapa
Ø Plastik
Ø Nilon
Ø Kayu
Ø Kertas
Ø NaOH
E.
PROSEDUR KERJA
Cara pembuatan umum
H2SO4
R’O(H) + RCO(OH) RCOOR’ + H2O
1.
Mengambil 15 tets alkohol dan memasukkan dalam sebuah tabung
reaksi bersih,
2.
Menambah kedalamnya 5 tetes minyak kelapa, lalu mengamati
hasilnya.
3.
Menambah 2 tetes H2SO4 pekat
kedalamnya, kemudian memanaskannya dalam penangas air, dan mengamatinya.
F.
HASIL PENGAMATAN
Tabel Hasil
Pengamatan
PENGAMATAN
|
HASIL PENGAMATAN
|
1.
Pembuatan
umum
Alkohol+
minyak kelapa
Alkohol
+ minyak kelapa + H2SO4
|
Larutan
berwarna bening kekuningan, dan larutan tercampur.
Larutan
bening dan minyak kelapa tidak tercampur dengan larutan. Adanya aroma yang
wangi.
|
G.
ANALISIS DATA
Pada pembuatan ester, alkohol di tambah dengan minyak kelapa
dan mengakibatkan larutan tersebut tercampur. Ketika campuran tersebut di
tambah dengan H2SO4 dan dipanaskan, terlihat campuran
terpisah dan tercium aroma yang wangi seperti air kelapa yang panaskan.
H.
PEMBAHASAN
Ester merupakan turunan dari
asam karboksilat yang mengandung gugus -COOH, dengan sebuah ester hidrogen pada gugus ini
digantikan dengan sebuah gugus hidrokarbon dari berbagai jenis. Ester dapat
dibuat dari reaksi antara klorida asam dengan suatu alkohol dalam media basa
seperti piridin, dari reaksi asam anhidrida dengan suatu alkohol, dan juga
reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol menggunakan katalis karboksilat
dan alkohol direfluks secara bersama-sama dengan adanya asam sebagai katalis,
serta alkohol dengan katalis asam sulfat panas.
Pada percobaan ini, ester di buat
dengan mereaksikan alkohol dengan minyak kelapa. Minyak kelapa merupakan jenis
asam jenuh, sehingga alkohol berfungsi sebagai pelarut yang baik. Hal ini
nampak ketika alkohol di campur dengan minyak kelapa, kedua larutan tersebut
tercampur dengan sempurna dan campuran berwarna bening kekuningan. Dan ketika
campuran tersebut ditetesi dengan H2SO4 kemudian di
panaskan, tercium aroma yang wangi seperti air kelapa yang dipanaskan. Wangi
tersebut merupakan wangi dari ester yang telah terbentuk, karena sebagaimana
yang diketahui bahwa ester memiliki aroma atau wangi-wangian buah atau bunga.
Dan pada campuran, terjadi pemisaan larutan, dimana pada bagian atas larutan
nampak cairan seperti minyak berwarna kuning. Cairan berwarna kuning tersebut
merupakan ester kerena ketika dipanaskan, H2SO4 sebagai
katalis mendestilasi campuran selama proses pemanasan, hingga terbentuk ester
(Sastrohamidjojo. 2011).
Sehingga dalam pembuatan ester, dapat
diketahui bahwa senyawa ester telah terbentuk dalam suatu proses destilasi
dengan bantuan katalis ditandai dengan adanya aroma atau wangi-wangian seperti
buah atau bunga yang tercium.
I.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa ester dapat dibuat dengan mereaksikan
alkohol dan minyak kelapa yang merupakan asam jenuh dengan bantuan katalis H2SO4
panas.
Percobaan No.12
UREA - NH2
– Co
(CARBAMIDA)
A.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan melakukan praktikum ialah untuk dapat mengetahui
sifat-sifat dan reaksi-reaksi dari urea.
B.
PRINSIP PERCOBAAN
Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur
karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4
atau (NH2)2CO.
Umumnya urea
berbentuk padatan dan tidak berbau, dalam air kelarutan urea berbeda tergantung
pada berat atau banyaknya.
C.
DASAR TEORI
Urea dikenal dengan nama carbamide yang sering digunakan di
kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin,
isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine. Urea adalah suatu senyawa
organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan
rumus CON2H4 atau (NH2)2CO.
Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis
pertama yang berhasil dibuat oleh Friederich
Wohler dari senyawa anorganik, yang akhirnya
meruntuhkan konsep vitalisme yang menyatakan semua senyawa organik harus
berasal dari makhluk hidup.
Urea memiliki peran penting dalam metabolisme
nitrogen yang mengandung senyawa oleh hewan dan merupakan zat yang mengandung
nitrogen utama dalam urin mamalia. Urea dalam bentuk cairan memiliki bau yang
khas karena amonia dalam urea yang bercabang di hadapan air, termasuk uap air
di udara, memiliki bau yang kuat. Tetapi jika dalam bentuk padat, urea tidak
berbau.
Urea pertama kali ditemukan dalam air seni pada 1773 oleh kimiawan Prancis Hilaire Rouelle, dan pada tahun 1828, kimiawan Jerman Friedrich Wöhler
diperoleh urea dengan mengonversi
senyawa anorganik amonium sianat.
Ini adalah pertama kalinya
senyawa organik artifisial disintesis dari bahan awal anorganik, tanpa
keterlibatan organisme hidup. Hasil penelitian ini secara implisit
mendiskreditkan vitalisme: teori bahwa kimia organisme hidup pada dasarnya
berbeda dari benda mati.
Urea dalam bentuk padat
memiliki berat jenis 1.33x103 Kg/m3, yang dalam air
kelarutannya berbeda untuk setiap massanya dimana jika berat urea 108 g/100 ml,
maka larut dalam air pada suhu 200C; jika berat urea 167 g/100 ml,
maka larut dalam air pada suhu 400C; jika berat urea 251 g/100 ml,
maka larut dalam air pada suhu 600C; jika berat urea 400 g/100 ml,
maka larut dalam air pada suhu 800C; dan jika berat urea 733 g/100
ml, maka larut dalam air pada suhu 1000C;
Pada umumnya urea
terbentuk melalui proses oksidasi yang terjadi pada hati. Eritrosit atau sel
darah merah yang sudah rusak (120 hari) dirombak menjadi 'haemo' dan 'globin'.
Selanjutnya 'haemo' akan diubah menjadi zat warna empedu yaitu bilirubin dan
urobilin yang mengandung urea dan amonia yang akan keluar bersama urin dan
feses.
Dalam
kehidupan sehari-hari, sekitar 90% urea industri digunakan sebagai pupuk kimia.
Urea dalam bentuk butiran curah atau kristal digunakan dalam pertanian sebagai pupuk kimia
pemasok unsur nitrogen. Di tanah,
urea akan terhidrolisis dan
melepaskan ion amonium.
Kandungan N pada urea sebanyak 46%, tetapi yang tergunakan oleh tanaman
biasanya separuhnya. Di pasaran Indonesia, pupuk urea dipasarkan dalam dua
bentuk yaitu bersubsidi yang
memiliki warna merah muda, digunakan untuk bantuan pembangunan. Dan tidak
bersubsidi yang berwarna putih, untuk dipasarkan secara komersial. Pupuk urea
dihasilkan sebagai produk samping pengolahan gas alam atau
pembakaran batu bara. Karbon
dioksida yang dihasilkan dari kegiatan industri tersebut dicampur dengan amonia
melalui proses Bosch-Meiser. Dalam suhu rendah, amonia cair dicampur dengan es
kering (karbondioksida) menghasilkan amonium karbamat.
Selanjutnya, amonium karbamat dicampur dengan air ditambah energi untuk
menghasilkan urea dan air.
D.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
Ø Sendok
Ø Tabung reaksi
Ø Gelas ukur
Ø Kertas lakmus
Ø Pembakar spiritus
Ø Pipet tetes
2.
Bahan
Ø Kristal urea
Ø Air
Ø Alkohol
Ø NaOH
Ø HNO3
Ø Ekstrak belimbing
Ø HCl
Ø NaNO2
E.
PROSEDUR KERJA
1.
Sifat-sifat Fisika
Ø Mengamati sifat
fisika dari urea
Ø Kelarutan dalam
air. Memasukkan setengah sendok urea dalam tabung reaksi. Menambah 1 ml air,
kemudian mengocoknya dan mengamati hasinya.
Ø Kelarutan dalam
alkohol. Mengulangi langkah diatas dengan alkohol sebagai pengganti air. Dan
mengamati hasilnya.
2.
Reaksi-reaksi urea
a.
Hidrolisis menjadi asam
Ø Memasukkan ke
dalam tabung reaksi 1 sendok urea,
Ø Menambah 1 ml
NaOH 10% dan mengamati hasilnya
Ø Mengetes gas
dengan kertas lakmus.
Ø Memanaskan
campuran sampai mendidih dan kembali mengetes gas dengan kertas lakmus.
b.
Sifat khas dari urea
i.
Formasi urea nitrat
Ø Melarutkan
setengah sendok urea dalam 1 ml air
Ø Mengambil 2 tetes
HNO3 pekat, kemudian menambahkannya pada campuran urea dan air. Dan
mengamati hasilnya.
ii.
Formasi urea oksalat
Ø Mengambil 2 tetes
larutan urea dari langkah diatas (i), kemudian
menambah ke dalamnya 2 tetes ekstrak belimbing. Dan mengamati hasilnya.
iii.
Formasi biuret
Ø Memasukkan 1
sendok kristal urea ke dalam tabung reaksi, kemudian memanaskannya.
Ø Mengetes uap yang
terbentuk dengan menggunakan kertas lakmus yang basah.
Ø Mendinginkannya
dan mengamati residunya.
iv.
Tes biuret
Ø Melarutkan sedikit
residu hasil formasi biuret dalam 1 ml air.
Ø Menambah 1 ml
NaOH encer dan 1 tetes CuSO4 1%, dan mengamati hasilnya.
v.
Reaksi asam nitrit (HNO3)
Ø Melarutkan
setengah sendok urea dengan 2 ml air.
Ø Menambah 1 ml HCl
encer dan 1 tetes NaNO2. Dan mengamati hasilnya.
F.
HASIL PENGAMATAN
Tabel Hasil
Pengamatan
PENGAMATAN
|
HASIL PENGAMATAN
|
1.
Sifat
Fisika
Kristal
Urea + Air
Kristal
Urea + Alkohol
|
Urea
berwarna merah muda, tidak berbau, dan berbentuk kristal (padatan).
Tabung
reaksi terasa dingin, urea perlahan melarut, dan larutan menjadi merah muda.
Tabung
reaksi terasa dingin, kristal urea tidak melarut, adanya endapan putih, dan
larutan berwarna merah muda.
|
2. Reaksi-Reaksi Urea
a. Hidrolisis Menjadi Asam
Urea
+ NaOH
Sebelum
dipanaskan
Sesudah
di panaskan
b. Sifat Khas Urea
i.
Urea +
HNO3
ii. Urea + ekstrak belimbing
iii. Urea dipanaskan
iv. Residu + NaOH
Residu
+ NaOH + CuSO4
v. Urea + Air +HCl + NaNO2
|
Ada endapan putih, larutan
berwarna merah muda, dan lakmus merah menjadi biru.
Endapan melarut dan lakmus merah
menjadi biru.
Larutan menjadi bening dan
terdapat cincin.
Larutan keruh dan terbentuk
cincin.
Urea mencair dan kertas lakmus
merah menjadi biru. Dan ketika didinginkan residu kembali menjadi padat
Larutan tercampur (Residu larut),
Larutan tidak tercampur dan
terbentuk farmasi dari bawah ke atas tabung reaksi yakni endapan-larutan
berwarna bening-larutan biru.
Larutan berwarna merah muda dan
terbentuk cincin.
|
G.
ANALISIS DATA
1.
Sifat-sifat fisika
Urea berbentuk
kristal atau padatan, tidak berbau, dan berwarna merah muda.
Dalam air, urea
melarut dan pada tabung reaksi terasa dingin.
Sedangkan urea dalam alkohol tidak melarut.
Reaksi: (NH2)2Co
+ H2O 2HNH2 + CoO
(NH2)2Co
+ CH3CH2-OH 2HNH2 + CH3CH2-O-Co
2.
Reaksi-reaksi urea
a.
Hidrolisis menjadi asam
Urea tambah
natrium hidroksida sebelum dipanaskan, terbentuk endapan dengan larutan
berwarna merah muda, dan kertas lakmus merah menjadi biru. Setelah dipanaskan,
endapan melarut dan lakmus merah menjadi biru.
Reaksi: (NH2)2Co
+ 2NaOH Co(OH)2 + 2NaNH2
b.
Sifat khas urea
i.
Urea ditambah hidrogen nitrat, larutan yang tadinya berwarna
merah muda menjadi bening dan terdapat cincin.
Reaksi: (NH2)2Co +
2HNO3 2HNH2 + Co(NO3)2
ii.
Urea ditambah ekstrak belimbing, larutan menjadi keruh dan
terdapat cicin.
iii.
Urea dipanaskan, urea mencair dan kertas lakmus merah menjadi
biru oleh uap yang dihasilkan. Didinginkan, campuran membeku atau menggumpal
(residu).
iv.
Residu ditambah natrium hidroksida, residu mencair dan
setelah ditambah tembaga sulfat terbentuk formasi biuret yakni endapan-larutan
berwarna bening-larutan berwarna biru.
v.
Urea ditambah air, urea melarut. Kemudian di tambah asam
klorida dan natrium nitrit, terbentuk cincin.
Reaksi: (NH2)2Co + 2HCl + NaNO2
2HNH2 + NaCl2 +
CoNO2
H.
PEMBAHASAN
Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur
karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4
atau (NH2)2CO.
Pada percobaan dilakukan pengamatan
terhadap urea. Sifat fisik urea ialah berbentuk padatan sehingga tidak berbau,
dan urea berwarna merah muda karena merupakan urea bersubsidi dipasaran. Urea
larut dalam air dan tidak larut dalam alkohol. Karena sebagaimana telah
diketahui pada sifat kelarutan urea, urea larut dalam air. Dalam reaksi urea
dan alkohol terbentuk endapan putih, dan endapan tersebut dikarenakan
adanya kobalt etil eter (CH3CH2-O-Co).
Pada hidrolisis urea menjadi asam, urea direaksikan dengan
natrium hidroksida. Sebelum dipanaskan terbentuk endapan putih karena adanya
kobalt hidroksida [Co(OH)2], dan bersifat basa karena kertas lakmus
merah menjadi biru. Ketika endapan
Co(OH)2 dipanaskan, endapan melarut karena adanya panas dan
kertas lakmus merah menjadi biru oleh uap yang dihasilkan yang menandakan
campuran bersifat basa.
Pada uji sifat
khas urea, untuk formasi urea nitrat digunakan reaksi antar urea dan hidrogen
nitrat sehingga larutan menjadi bening dan terbentuk cincin. Hal ini
dikarenakan dalam reaksi di hasilkan kobalt nitrat [Co(NO3)2].
Pada formasi urea oksalat digunakan reaksi antar urea dan ekstrak belimbing
sehingga terbentuk cincin dengan larutan yang keruh. Pada uji biuret, urea
dipanaskan hingga mencair dan kertas lakmus merah menjadi biru karena larutan
urea bersifat basa. Ketika didinginkan larutan urea menjadi padat karena
bereaksi dengan udara sekitar. Pada tes biuret, urea yang telah dingin dan
menjadi padat (residu) kembali ditambah dengan natrium hidroksida dan nampak
bahwa residu melarut dan ketika ditambah tembaga sulfat terbentuk formasi pada
tabung reaksi dari bawah ke atas yakni endapan yang merupakan cobalt hidroksida
– larutan bening yang merupakan natrium hidroksida – dan larutan biru yang
merupakan
tembaga sulfat.
Dan pada reaksi urea dengan asam nitrit (HNO2), ketika urea
ditambahkan air, urea melarut dalam air sebagaimana sifat kelarutannya. Dan
ketika di reaksikan lagi dengan asam klorida dan natrium nitrat terbentuk cincin
karena adanya kobalt Nitrat (CoNO2) yang terbentuk dari reaksi.
I.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat urea
yaitu memiliki bentuk padatan dan berwarna merah muda kerena merupakan urea
bersubsidi dipasaran, tidak berbau, melarut dalam air kerena sesuai dengan
sifat kelarutannya. Dalam reaksi-reaksinya, urea memiliki sifat basa.
DAFTAR
PUSTAKA
Anshory, Irvan.
2003. Kimia SMU untuk kelas 3. Jakarta:
Erlangga
Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Fessenden. 1982. “Kimia
Organik Edisi Ketiga Jilid 1”. Jakarta: Erlangga.
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997.
Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta : Bina Aksara.
Hadyana, A. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Hart, Harold.1999. Kimia
Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta : Erlangga.
Hartanto,
Ari. 2009. KIMIA. Jakarta: PT.
Macanan Jaya Cemerlang.
Kopong. Aloysius. 2011. Panduan Praktikum Kimia Organik I. Kupang.
Kopong.
Aloysius. 2013. Bahan Ajar Kimia Organik
I. Unwira: Kupang.
Naen, Alfons,
B. 2012. Panduan Praktikum Kimia Fisika
I. Unwira: Kupang
Perangin-angin
, S . 2011 . Petunjuk Praktikum Kimia
Organik I. Kupang : UNDANA
Riawan, S. 1990.” Kimia Organik Edisi 1”. Jakarta: Binarupa Aksara.
R.J dan J.S. Fessenden,1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Universitas
Trisakti : Jakarta
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2011. Kimia Organik Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
S.H.
Pine, 1988. Kimia Organik 1, ITB : Bandung.
Titenti, Yanti. R. 2013. Bahan Ajar Kimia Anorganik I. Unwira: Kupang.